Para Penyampah di Medsos

Selasa, 07 Agustus 2018

Wahyudi El Panggabean

Riauaktual.com - This drought began to be boring. The earth has been cracked. The rain has not gone down. I hope you come with your sincere love....

Kemarau ini telah membuatku bosan. Bumi sudah mulai retak. Hujan belum juga turun. Kuharap kau datang dengan cintamu yang tulus....***

Kata-kata di atas kupetik dari status yang kutulis di facebook tanggal 7 Agustus 2017. Kala itu, juga sekarang: aku tidak sedang jatuh cinta.

Kemarau yang ku maksud adalah personifikasi terhadap kalimat-kalimat hujatan di media sosial (medsos). Para penghujat identik dengan penyampah.

Kata-kata kebencian yang terus marak, menurutku sudah pada tahap melukai ruangan publik. Yang mestinya kita hormati. Malah gersang. Ibarat kemarau panjang.

Penghormatan kita pada wahana berkreasi merupakan dasar aturan tidak tertulis. Menjaganya tetap steril dari ujaran yang melukai. Agar komunitas kita selalu indah di depan khalayak.

Andai ada yang menyampah di hamparan ini. Mari segera buang sampahnya & tidak perlu mencaci-maki penyampah. Tidak ada manfaatnya.

Jadi, Medsos wujud hamparan persinggahan keberagaman: usia, jenis kelamin, suku, agama dan golongan. Merasa superior, mengatasnamakan label-label ini, berarti mengusik "rasa aman" komunitas.

Tentu saja, menjadi hak asasi kita 'tuk menyatakan dukungan kepada seseorang. Kepada penguasa, kepada tokoh, kepada politisi. Atau mengultuskan Agamawan melebihi seorang nabi sekalipun.

Tetapi, jika dukungan itu kita nyatakan di medsos secara berlebihan, berarti kita telah melempar ketidaknyamanan di hamparan publik. Mungkin, secara tidak sadar aku juga pernah melakukannya. Mohon maaf!

Untuk itu, mari kita jaga integritas komunitas kita di ruang publik. Menghargai keberagaman yang merupakan rahmat dari Tuhan. Sesungguhnya, kebaikan adalah amalan tertinggi  yang diminta Tuhan dari kita.

Menulislah dengan santun dan membesarkan hati.
Forgiveness is a respectable attitude that we borrow from God
Dan, datanglah bersama kebaikan (cintamu) yang tulus...***

 


Penulis : Wahyudi El Panggabean