Muncul Skenario Duet Jokowi-Prabowo di Pilpres 2019, Bisa Terwujud?

Ahad, 18 Februari 2018

Survei Poltracking (Foto: Grandyos Zafna.)

Riauaktual.com - Joko Widodo dan Prabowo Subianto merupakan lawan politik di Pilpres 2014. Namun kini jelang Pilpres 2019, muncul skenario duet Jokowi dan Prabowo.

Adalah survei Poltracking Indonesia yang mensimulasikan skenario koalisi ini lewat survei yang dirilis di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin, Minggu (18/2/2018).

Survei nasional bertajuk 'Proyeksi Skenario Peta Koalisi Pilpres 2019' ini menggunakan 1.200 responden di 34 provinsi, dilakukan pada 27 Januari sampai 3 Februari 2018, menggunakan metode stratified multistage random sampling. Margin of error survei ini sebesar kurang lebih 2,83%.
 

Ada simulasi koalisi poros duet Jokowi-Prabowo versus koalisi poros SBY. Koalisi poros Jokowi-Prabowo berisi PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, PPP, Partai NasDem, dan Partai Hanura, total kursi 73,40% (411). Koalisi poros SBY berisi Partai Demokrat, PAN, dan PKS, total kursi 26,60% (149).

Simulasi model pertama, Jokowi jadi capres dan Prabowo jadi cawapresnya. Mereka melawan capres Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan cawapres Gatot Nurmantyo. Hasilnya Jokowi-Prabowo menang meraup 50,3% dibanding AHY-Gatot yang meraup 11,6% suara responden. Yang tidak tahu dan tidak menjawab ada 38,1%.

Model kedua, Jokowi-Prabowo versus Gatot-AHY. Tetap Jokowi-Prabowo menang dengan raihan 50,6% melawan Gatot-AHY yang meraih 12,6%. Sisanya tak menjawab.

Di lokasi pemaparan survei, ada politisi PDIP Maruarar (Ara) Sirait, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, politisi Partai Golkar yang juga Ketua DPR Bambang Soesatyo, dan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo. Ara Sirait menilai bila Jokowi dan Prabowo bergabung menjadi satu, maka itu akan jadi bagus untuk politik Indonesia.

"Kalau bersatu saya rasa pemerintahan akan efektif dan efisien. Kalau mereka bertarung, memang mereka pantaslah bertarung. Tinggal mereka bertarung berdua atau bersatu berdua," kata Ara soal Jokowi dan Prabowo.

Politisi Partai Golkar Bambang Soesatyo menyatakan pertarungan politik yang tajam perlu dihindari. Apalagi hanya ada dua kekuatan menonjol, yakni Jokowi dan Prabowo. 

"Menurut saya, kalau dua kekuatan ini digabungkan menjadi satu kesatuan, ya selesai. Pemilu tanpa gaduh, langsung bisa recovery perbaikan ekonomi dan program-program pemerintah," kata politisi yang akrab disapa Bamsoet ini.

Bersatunya Jokowi dan Prabowo bisa bermanfaat bagi negara. Ini bisa mengobati persaingan sengit KIH vs KMP yang masih berbekas. Pasangan capres-cawapres yang paling ideal setelah Jokowi-JK, menurut Bamsoet, adalah Jokowi-Prabowo.

"Kalau mau menyelamatkan bangsa ini, bergabunglah dengan kekuatan besar ini, kekuatan baik yang ada di belakang Praboeo maupun yang ada di belakang Pak Jokowi, sehingga smooth. Kenapa enggak?" ajak Bamsoet.

Direktur Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR mengatakan tak ada yang mustahil dalam politik, termasuk bergabungnya Jokowi dengan Prabowo. Poltracking meletakkan simulasi skenario Jokowi plus Prabowo karena ini memang ada peluang terwujud. Meski begitu, poros koalisi Prabowo tak harus Prabowo sendiri yang maju ke Pilpres, meski bisa saja Prabowo sendiri yang maju.

"Jokowi plus Prabowo harus ada lawannya. Lawannya adalah Partai Demokrat. Harus ada tiga partai dalam koalisi Demokrat. Kalau semua partai ke Pak Jokowi, maka calon tunggal," kata Hanta memungkasi. (Wan)

 

Sumber: detik.com