Korban Penipuan Travel Umroh JPW Dari Kampar, Jual Kebun Karet Hingga Tanah Untuk Berangkat

Rabu, 10 Januari 2018

Para korban penipuan travel umroh JPW saat melapor ke Polda Riau, Rabu (10/1). Foto IG

Riauaktual.com - Sebelumnya, Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Riau telah menggeledah kantor Joe Pentha Wisata (JPW) di Jalan Panda Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru, Riau, Jumat (5/1).

Hal itu dilakukan pasca penetapan tersangka terhadap biro perjalanan umroh JPW, berinisial MYJ, yang diduga telah melakukan penipuan dan penggelapan dana calon jemaah umroh.

Dari hasil penggeledahan, petugas menyita sejumlah barang bukti berupa dokumen, koper keberangkatan umroh.

Usai penggeledahan, petugas kepolisian memasang garis polisi (police line) di depan kantor JPW.

Kasus penipuan dan penggelapan terhadap jemaah umroh, terdapat 708 orang korban. Aksi tersebut diduga sudah berlangsung cukup lama. Angka kerugian para korban mencapai miliaran Rupiah.

Padahal, para korban ini rata-rata telah menyerahkan uang pendaftaran secara lunas. Dan menunggu jadwal keberangkatan.

Namun, setelah uang diserahkan, calon jemaah umroh tak kunjung diberangkatkan oleh travel tersebut.

Mengumpulkan uang untuk mendaftar umroh bukan perkara mudah. Setidaknya, untuk berangkat umroh di JPW dengan biaya Rp23,2 juta.

Hal ini diketahui dari pengakuan 15 orang korban dari Desa Terantang Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, Minggu (7/1).

Salah satu korban, Widyawati (37) mengatakan, mendaftar umroh di JPW dilakukan akhir tahun 2015 silam.

Kemudian dijadwalkan berangkat pada bulan Januari 2016.

"Saya daftar sama ayah dan ibu dan satu lagi keluarga juga. Waktu itu kami bayar lunas semuanya. Satu orang Rp23,2 juta dikali empat jadi Rp92,8 juta," kata Widyawati.

Namun setelah dijadwalkan berangkat umrah, pihak travel JPW melakukan pembatalan. Sehingga, calon jemaah umroh terpaksa menunggu keberangkatan selanjutnya.

Kemudian, kata Widyawati, pihak travel JPW menjadwalkan untuk berangkat pada bulan Maret 2016. Namun akhirnya juga batal berangkat.

"Lalu dijadwalkan lagi katanya berangkat bulan Mei. Tapi gak jadi juga. Katanya belum ada kuota Arab Saudi. Tiga kali undur. Udah 2018 pula, masih belum berangkat," katanya.

Widyawati mengatakan, untuk mendapatkan uang berangkat umrah sangatlah tidak mudah. Mulai dari jual kebun karet hingga tanah.

Bahkan, keluarganya terpaksa lebih berhemat agar terkumpul uang untuk bisa berangkat umroh.

"Kami sudah jual ini, itu untuk umroh. Tapi kami malah di tipu sama JP Madania (sekarang JPW)," sedih Widyawati.

Dia menambahkan, kasus ini sudah dilaporkan kepada pihak berwajib, yang dikuasakan kepada Yulizon, korban JPW lainnya.

"Kami sekelompok melaporkan JP Madania melalui kuasa," ujarnya.

Dia pun baru mengetahui kalau terduga pelaku penipuan, MYJ telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Riau.

Namun yang jelas, Widyawati dan keluarganya meminta uang yang diserahkan kepada JP Madania dikembalikan secepatnya.

"Kami minta uang kami dikembalikan secera utuh. Lunas kami bayar, maka lunas dikembalikan. Kami tidak mau dicicil. Harus bayar cash," pinta tegas Widyawati.

Korban lainnya, Nurhias, mengaku sudah cukup sabar menunggu diberangkatkan umroh oleh JPW.

Akibat kelamaan menunggu, suaminya,  Mahliyus (Alm) meninggal dunia. Sehingga, digantikan oleh anaknya.

"Suami saya menangis terus karena tidak jadi pergi umroh. Akhirnya suami saya meninggal dunia," ujar Nurhias berurai air mata.

Dia membayar lunas saat mendaftar ke JPW. Berdua dengan suaminya membayar Rp46,4 juta.

"Kami kan satu rombongan dari Desa Terantang mau umroh melalui travel JP Madania. Tapi sudah tiga kali diundur berangkat. Ternyata mereka (JPW) telah menipu kami," katanya.

Nurhias mengatakan, sebelumnya pihak JPW sudah pernah melakukan rapat bersama para calon jemaah umroh mengenai keberangkatan.

Namun, rombongan Nurhias dibuat heran karena nama travel tersebut secara tiba-tiba diganti dari JP Madania menjadi Joe Pentha Wisata (JPW). Itu pun tidak ada pemberitahuan dari pihak travel.

"Awalnya kami tidak ada curiga. Karena pas daftar katanya JP Madania ada promo waktu itu. Ya, kami orang kampung ini tidak kalau itu travel umroh penipu," terangnya.

Nurhias juga meminta uang yang telah diserahkan kepada JPW, agar segera dikembalikan dengan utuh.

"Harus dikembalikan. Cash saya bayar, maka cash dikembalikan. Kami tidak terima kalau nanti dicicil," katanya.

Sementara itu, lebih menyedihkan lagi cerita Rahanis (63). Dia bersama empat orang keluarganya batal umroh akibat ditipu oleh travel umroh JPW.

"Saya diberangkatkan oleh minantu saya bersama keluarga sebanyak lima orang. Minantu saya setiap bulan ngumpulin uang agar kami bisa umroh. Tapi tidak jadi berangkat karena tertipu sama JP Madania. Saya sedih sekali, nak," ungkap Rasdawati histeris.

Waktu pendaftaran, Rasdawati dibayarkan lunas oleh minantunya kepada travel JPW. Korban ini mengalami kerugian paling besar yakni Rp116 juta.

Oleh karena itu, dirinya meminta travel JP untuk mengembalikan uang yang telah diserahkan.

"Kami mau uang kami dipulangkan. Tapi bagaimana kami bisa dapatkan uang itu, biar kami bisa berangkat umroh dengan travel lain," kata Rahanis.

Lima belas orang korban dari Desa Terantang ini, telah melapor ke Polda Riau, Rabu (10/1/2018) siang.

Pelapor membawa bukti slip pembayaran, yang diperlihatkan kepada polisi.

Sebagaimana diketahui, Polda Riau berhasil mengungkap kasus penipuan dan penggelapan yang dilakukan travel JPW terhadap calon jemaah umroh.

Sebelumnya, pihak kepolisian menerima 153 laporan dari korban penipuan oleh travel JPW tersebut. Sedangkan total korban sebanyak 708 orang.

Dari ratusan korban ini, kerugian mencapai Rp 3,9 miliar. Sementara satu orang tersangka, MYJ, telah ditahan di Polda Riau.

Pihak kepolisian mengakui bahwa kasus penipuan dan penggelapan ini, tidak menutup kemungkinan adanya tersangka lain selain MYJ.

"Saat ini kita menetapkan satu orang tersangka. Kami masih pengembangan," kata Dirreskrimum Polda Riau, Kombes Pol Hadi Poerwanto pekan lalu. (IG)