RIAU (RA)- Kondisi ekonomi Riau pada triwulan II tahun 2012 ini mengalami perlambatan, dari target 5,02 persen hanya tercapai hanya 3,96 persen. Perlambatan ini di karenakan sektor pertambangan yang mengalami penurunan terutama minyak dan gas penurunan mencapai sekitar 4,771 persen.
"Produksi minyak kita melambat, lifting minyak turun triwulan II, sementara di luar migas hanya tumbuh sedikit, hal ini karena di dorong pembangunan infra struktur PON," ungkap Asisten Direktur
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Muhammad Abdul Majid,. Katanya melambatnya ekonomi Riau juga di karenakan ikut melambatnya konsumsi rumah tangga ini di buktikan dari survey konsumen masyarakat yang agak mengerem konsumsinya belakangan ini.
Analisa lain yang juga menyebabkan perlambatan adalah, dilihat dari faktor harga TBS sawit yang turun juga mempengaruhi dimana pendapatan dan daya beli menurun. Akibat ketidakpastian pemulihan ekonomi Zona eropah yang berdampak pada harga komoditas Crude Palm Oil (CPO).
"Melambatnya harga CPO di karenakan menurunnya permintaan dari China, konsumsi BBM juga turun 200 ribu kilo liter di bandingkan bulan yang sama tahun lalu," urainya.
Selain itu, sektor Pertanian Riau juga terjadi penurunan produksi,seperti sawit di Rohul ada penurunan produksi hingga 70 persen. Ini di karenakan banjir di Rohul yang menyebabkan TBS sawit tidak berbuah.
Dari migas sendiri yang juga tidak kalah penting sebagai penyumbang perlambatan adalah realisasi "lifting" minyak Riau pada triwulan II-2012 mencapai 377.240 barel per hari. Jumlah itu turun 18.638 barel per hari dari periode yang sama tahun sebelumnya.
"Kondisi ini diindikasikan tidak terlepas dari faktor usia sumur minyak yang sudah relatif tua serta minimnya penggunaan teknologi yang relatif modern dalam penggalian sumur minyak tua juga menjadi salah satu hal yang mengakibatkan rendahnya kinerja sektor pertambangan migas di Riau secara umum," katanya.
Ia mengatakan, kondisi tersebut langsung berimbas negatif pada pertumbuhan ekonomi dengan unsur minyak dan gas (migas) mengalami perlambatan. Secara tahunan (year on year), pertumbuhan ekonomi dengan migas tercatat sebesar 3,96 persen. Jumlah itu menurun cukup jauh dibandingkan dengan periode yang sama pada sebelumnya, yakni 5,02 persen.
"Perekonomian Riau dengan migas berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional," ucapnya.
Karena kondisi tersebut, ia mengatakan target pertumbuhan ekonomi Riau dengan migas pada tahun ini juga akan dikoreksi dari perkiraan sebelumnya menjadi 3,9-4,5 persen. "Untuk mencapai pertumbuhan lima persen, sepertinya akan sulit," pungkasnya.(RA5)