Putin Bilang Israel Terancam jika Kesepakatan Nuklir Iran Runtuh

Putin Bilang Israel Terancam jika Kesepakatan Nuklir Iran Runtuh
Presiden Rusia Vladimir Putin saat konferensi pers dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di St Petersburg, Kamis (24/5/2018). Foto/REUTERS/Grigory D

Riauaktual.com - Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan efek bahaya jika kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 benar-benar runtuh. Jika hal itu terjadi, kata dia, Iran bisa melanjutkan program nuklir yang akan menjadi ancaman baru bagi keamanan Israel.

Putin mengkritik keras keputusan Amerika Serikat (AS) menarik diri dari kesepakatan tersebut.

"Kita tidak bisa menyelesaikan masalah dengan Korea Utara. Apakah kita ingin masalah lain dengan skala yang sama?," tanya Putin dalam forum bisnis di St Petersburg, hari Jumat.

Pemimpin Kremlin ini mengatakan penarikan AS dari perjanjian tahun 2015 terjadi bahkan ketika pengawas nuklir internasional menegaskan bahwa Teheran memenuhi kewajibannya. "Kalau begitu, apa yang harus dihukum?," tanya Putin lagi.

Pemerintahan Presiden Donald Trump telah menuntut agar Iran menghentikan pengayaan uranium dan mengakhiri keterlibatannya di Suriah, Yaman, Lebanon dan Afghanistan untuk menegosiasikan kesepakatan baru.

"Jika perjanjian internasional direvisi setiap empat tahun, itu akan menawarkan nol cakrawala untuk perencanaan," kata Putin. "Ini akan menciptakan suasana gugup dan kurangnya kepercayaan."

Ketika Israel memuji penarikan AS dari perjanjian itu, Putin justru memperingatkan bahwa langkah itu pada akhirnya dapat merugikan keamanan Israel jika kesepakatan itu benar-benar berantakan.

"Apakah akan lebih baik bagi Israel jika Iran memilih keluar dari kesepakatan atau diusir dari itu?," ujar Putin. "Dalam hal ini, kegiatan nuklirnya akan menjadi benar-benar tidak transparan. Risiko macam apa yang akan terjadi?."

Teheran sendiri sudah pesimistis bisa mempertahankan kesepakatan nuklir 2015 dengan nama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) tersebut. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei telah mengajukan sejumlah syarat kepada Uni Eropa jika ingin JCPOA tetap bertahan. Salah satunya, Uni Eropa harus membeli minyak Iran.

JCPOA sejatinya telah disepakati tahun 2015 antara Iran dengan enam negara kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China). Dalam perjanjian itu, Teheran bersedia mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi atau embargo oleh negara-negara Barat.

Namun, AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump "mengkhianati" JCPOA dengan menarik diri dari perjanjian tersebut dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Teheran.

Di saat mengkritik kebijakan AS tentang Iran, Putin tetap mengulurkan harapan untuk mengadakan pertemuan dengan Trump. Terlebih, hubungan AS dan Rusia pada saat ini telah rusak.

"Kami tentu tidak bisa senang dengan tingkat dan sifat hubungan Rusia-AS," Kata Putin, seperti dikutip AP, Sabtu (26/5/2018). "Kami siap untuk berdialog. Sudah lama terlambat," ujar Putin.

Menurut Putin, Trump mungkin telah memenangkan beberapa poin secara domestik dengan membuat AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran. "Dia memenuhi janji kampanyenya dan dalam arti itu dia mungkin menang dalam hal politik domestik," imbuh dia.

Pemimpin Rusia juga terlibat dalam  pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Dengan tersenyum, Putin mengatakan bahwa Rusia dapat membantu melindungi Eropa jika keretakan hubungannya dengan AS melebar terkait krisis nuklir Iran.

"Jangan khawatir, kami akan membantu memastikan keamanan Anda," kata Putin. Macron menanggapi dengan serius bahwa Prancis dan sekutunya dapat berdiri sendiri.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index