Menjaga Lisan Tak Hanya di Mulut, Tapi Juga di Jari yang Menulis di Medsos

Menjaga Lisan Tak Hanya di Mulut, Tapi Juga di Jari yang Menulis di Medsos
Foto: Mahmud Hams-AFP-Getty

Riauaktual.com - Ramadan pada hakikatnya dimaknai sebagai sarana yang ideal bagi seorang muslimuntuk meningkatkan ibadah, menempa diri, dan mengendalikan godaan nafsu, di antaranya perilaku tebar kebencian di media sosial (medsos) harus dihentikan.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan seorang muslim untuk menempa diri, di antaranya dengan menjaga lisan agar tidak berkata sesuatu yang menyakitkan dan tidak mengenakkan, serta menjaga jiwa nya agar senantiasa bersih dalam bertingkah laku.

“Sebelum seseorang mengucapkan suatu kata atau kalimat dengan lisan, maka terlebih dahulu dipikirkan akibatnya, baik mau pun tidak baik. Jika baik bisa diteruskan tetapi jika tidak baik, ya dikendalikan,“ kata pakar tasawuf Amin Syukur kemarin.

Mengutip dari Imam al- Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, lanjut Amin, telah dijelaskan secara panjang lebar mengenai bahaya lisan atau Afatullisan, antara lain ghibah (mengumpat), serta membicarakan aib orang lain. “Seandainya ada orang yang tidak melakukan suatu perbuatan kemudian dikatakan melakukan, maka meningkat menjadi memfitnah.

Kidzib (bohong), yaitu mengatakan sesuatu tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya,” kata guru besar IlmuTasawuf UIN Walisongo Semarang ini. Selanjutnya namimah (adu domba) atau orang yang bermuka dua, yaitu orang yang berusaha mengadu antara dua orang, sehingga terjadi percocokan antara mereka. Selain itu, masih banyak ucapan yang perlu dikendalikan.

Amin Syukur juga mengingatkan kepada muslim bahwa menjaga lisan di masa sekarang bukan hanya melalui ucapan, namun juga melalui tulisan di medsos. “Untuk masa sekarang yang dikendalikan tidak hanya lisan, tetapi jari yang menggoreskan tulisan di media sosial dengan menebar kebencian dan permusuhan di antara sesama manusia,” paparnya.

Seharusnya setiap individu harus bisa menggunakan jari-jari saat menulis di medsos untuk mengajak ke arah kebaikan menuju kesejukan hati dan beramal saleh, seperti persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam bingkai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.” 

Hal senada disampaikan Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama Muhammadiyah Amin yang mengatakan bahwa Rama dan adalah bulan suci, di mana umat diminta banyak beribadah karena pahala yg dijanjikan berlipat ganda. “Perbanyak zikir dan doa. Lebih baik diam dan jaga lisan dari pada berbicara tanpa makna, apalagi berbicara dengan tebar kebencian,” tegasnya.

Menurut Muhammadiyah, Ramadan akan memberikan warna dalam kehidupan setiap muslim. “Dengan menemukan kebahagiaan, cinta dan kasih sayang dari orang lain. Kebencian yang sebenarnya sulit diasingkan dalam diri seseorang, akan dengan mudah tersingkir dengan pendekatan ini,” ungkapnya.

Ramadan juga menjadi momen yang tepat untuk menghindari kebencian, kedengkian, provokasi, fitnah, serta sikap permusuhan. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya memiliki makna perdamaian. Agama yang rahmatan lil alamin. Memberikan rahmat bagi semua manusia yang ada atas bumi ini.

“Apabila kita mencintai Allah SWT, lewat praktik berpuasa di bulan Ramadan dan disertai dengan keikhlasan, maka cinta dan ketenangan akan senantiasa bersemayam dalam diri kita. Hanya, kebahagiaan yang akan menerangi kehidupan ini. Hingga perdamaian akan selalu terjaga dalam lisan ataupun tindakan,” ujar nya. (Wan)

 

Sumber: Okezone.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index