Bonita Akan Diobservasi 20 Hari di PRHS Yayasan Arsari Dharmasraya

Bonita Akan Diobservasi 20 Hari di PRHS Yayasan Arsari Dharmasraya
Foto- Tim gabungan saat mengevakuasi harimau Bonita setelah ditembak bius, Jumat (20/4). Foto Humas BBKSDA Riau

Riauaktual.com - Usai dilakukan evakuasi, harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatrae), Bonita, langsung di bawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera (PRHS) Yayasan Arsari di Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar).

Bonita akan menjalani proses observasi dan penelitian oleh tim medis terkait perubahan tingkah laku yang dialami raja hutan tersebut.

Direktur Eksekutif Yayasan Arsari, Catrini Pratihari Kubontubuh menyebutkan, observasi terhadap Bonita dilakukan selama dua bulan.

"Umumnya observasi harimau maksimal 14 hari. Tapi Bonita ini akan lebih, karena perubahan tingkah laku itu," ujar Catrini pada Wartawan di Pekanbaru, Sabtu (21/4) siang.

Setelah dilakukan observasi, selanjutnya tim medis akan melakukan penelitian perubahan tingkah laku Bonita. 

Karena, Bonita setelah menewaskan Jumiati dan Yusri Effendi, kerap muncul di kebun sawit PT THIP Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Inhil.

"Harimau sumatera ini sebenarnya binatang yang main di malam hari. Tapi Bonita malah muncul di siang hari yang sering dilihat warga," sebut Catrini.

Selain itu, akui dia, Bonita sama sekali tidak takut dengan manusia maupun kendaraan. 

"Sebelum ditangkap sering muncul dihadapan manusia," katanya.

"Ini yang menjadi kajian kita nantinya untuk menentukan penyebab perubahan tingkah laku Bonita," ulas Catrini.

Dia mengatakan, setelah dilakukan observasi dan penelitian, selanjutnya Bonita akan dilepasliarkan kembali ke habitatnya. 

Namun, lokasi itu belum bisa ditentukan karena mengingat beberapa persoalan konflik harimau dengan manusia.

"Kita sangat terbuka soal lokasi pelepasliaran. Tapi, syaratnya harus bersih dari perangkap atau jeratan dan pakannya juga bisa terjamin," tegas Catrini.

Sebelumnya, Kepala BBKSDA Riau, Suharyono mengatakan bahwa Bonita ditangkap oleh tim gabungan dengan cara penembakan bius.

"Ditangkap Jumat (20/4) pagi. Dua kali penembakan, Bonita berhasil kita evakuasi," ujar Suharyono, Sabtu (21/4).

Dia mengatakan, upaya penyelamatan Bonita dilakukan dalam waktu empat bulan sejak konflik terjadi pada awal tahun 2018.

"Sebelumnya kita memasang box trap atau perangkap. Namun tak berhasil. Lalu, kita datangkan pawang harimau, juga tidak berhasil. Karena Bonita ini sangat berbeda dengan harimau lainnya," ungkap Suharyono.

Sehingga, tim gabungan dari BBKSDA Riau, Polisi, TNI, WWF dan pihak perusahaan mengambil langkah untuk penembakan bius terhadap Bonita.

"Alhamdulillah, momen itu kita dapat. Tim berhasil menangkap Bonita dalam keadaan hidup," ucap Suharyono.

Diberitakan sebelumnya, harimau sumatera menerkam dua orang warga hingga tewas di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Inhil.

Warga yang diterkam pertama kali yakni Jumiati, Rabu (3/1) lalu. Korban yang merupakan karyawan PT THIP, ditemukan tewas akibat serangan Bonita.

Selanjutnya, pada Sabtu (10/3) Bonita menerkam Yusri Effendi. Pekerja bangunan sarang burung walet tersebut ditemukan tewas dengan luka di tengkuk.

Pasca konflik harimau sumatera ini, warga resah dan khawatir saat beraktivitas di luar rumah dan perkebunan sawit.(IG) 

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index