Kisah Guru Yang Sangat Dihormati di Barak Kopassus

Kisah Guru Yang Sangat Dihormati di Barak Kopassus
Gladi resik HUT TNI. ©2014 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Riauaktual.com - Kasus penganiayaan seorang guru hingga tewas oleh muridnya di Sampang Madura bikin geger seantero Nusantara. Peristiwa itu berawal ketika Budi Cahyono sedang mengajar kesenian dan HI tertidur di kelas itu. Dia kemudian menghampiri pelaku yang tidur dan mencoret mukanya dengan tinta.

Namun, HI tiba-tiba memukul sang guru. Pelaku juga mencegat sang guru setelah pulang sekolah dan memukul korban. Sesampainya di rumah, korban langsung pingsan, sehingga dirujuk ke RS Dr Soetomo di Surabaya. Sayangnya, nyawa sang guru tidak terselamatkan. Polisi pun menangkap bocah tersebut.

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengaku terkejut dengan kasus ini. Sekjen FSGI, Heru Purnomo meminta kasus ini diusut tuntas agar tak terjadi kasus serupa. Dia tak habis pikir seorang murid bisa membunuh guru karena hukuman sepele.

"Kejadian ini sudah di luar batas kewajaran sehingga harus menjadi perhatian dan efek jera kepada para siswa yang berpotensi melakukan tindak kekerasan, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Sedangkan bagi para pendidik harus selalu menyadari bahwa dalam melaksanakan tugas ada risiko seperti itu," kata Heru.

Ada kisah menarik bagaimana dulu profesi guru sebagai pendidik sangat dihormati. Di barak-barak Kopassus, pada guru lah mereka menitipkan anak-anak saat pergi berperang.

Anta (80) seorang pensiunan prajurit Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD kini disebut Kopassus TNI AD), menceritakan dulu tentara sangat menghormati guru.

Saat itu para prajurit baret merah nyaris tak pernah berada di rumah. Mereka harus terus pergi ke medan perang atau menjalani latihan.

Dalam setiap operasi RPKAD selalu diterjunkan paling dulu. Anta merasakan operasi melawan DI/TII, PRRI/Permesta, Dwikora hingga penumpasan G30S PKI.

"Pada guru kami titip anak-anak kami. 'Pak, mohon dibimbing, diajari sopan santun dan tata krama. Bapaknya harus pergi perang, jarang di rumah'," kata Anta saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.

Jika guru memukul anak, orang tua nyaris tak pernah komplain. Mereka sadar itu bagian dari proses pendidikan. Apalagi anak tentara yang terkenal dengan sebutan 'anak kolong' dikenal nakal dan berani.

Prayitno, salah seorang anak RPKAD yang tinggal di Batujajar dan Cijantung juga membenarkan bagaimana dulu guru sangat dihormati. Dulu anak-anak tentara dititipkan pada guru karena bapaknya pergi bertempur.

Mengadu pada orang tua gara-gara dihukum guru, bukan dibela. Malah bisa-bisa pulang dipukul dengan kopelrim alias sabuk tentara. Pengalaman seperti itu lazim dirasakan para anak tentara.

"Kalau salah dihukum ya diterima saja," kata Prayitno. (Wan)

 

Sumber: merdeka.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index