Miris ! Tersisa 67 Ekor, Badak Jawa Butuh Perlindungan Semua Pihak

Miris ! Tersisa 67 Ekor, Badak Jawa Butuh Perlindungan Semua Pihak

Riauaktual.com - Keberadaan Badak Jawa telah mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Hal tersebut seiring dengan populasi badak bercula satu yang menurun drastis dari tahun ke tahun.

Menurunnya populasi Badak Jawa tak serta merta tanpa alasan, hilangnya habitat asli, perburuan liar, bencana alam hingga pertumbuhan alami badak yang lambat jadi alasan mengapa hewan bernama latin Rhinoceros Sondaicus tersebut menurun drastis jumlahnya.

Sejatinya, Badak Jawa sempat menjadi hewan yang tumbuh subur pada awal abad ke-19. Bahkan, tentara Belanda yang berkuasa di Indonesia saat itu, sengaja memburu dan menembakinya karena dianggap hama yang merusak ladang pertanian warga.

"Dulu, Badak Jawa peredaran populasinya sampai ke Jawa Tengah. Pada tahun 1800-an, mereka tumbuh subur di sini, sampai-sampai tentara Belanda menembakinya karena dianggap hama yang merusak ladang. Tapi kini, hewan tersebut menjadi salah satu yang paling langka di Indonesia," jelas Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno saat membuka Hari Badak Internasional, di Taman Konservasi Ujungkulon, Pandeglang, Banten, Jumat (22/9/2017).

Kekhawatiran KLHK bukannya tanpa alasan, data dari World Wildlife Federation (WWF) menyebutkan bahwa Badak Jawa kini berstatus "sangat terancam punah". Parahnya, Badak Jawa yang tersisa seluruhnya ada di Taman Konservasi Ujungkulon. Dari data yang dijelaskan, jumlah keseluruhan Badak Jawa di Ujungkulon hanya tersisa 67 ekor.

"Dari jumlah 67 ekor itu, 37 diantaranya merupakan jantan, dan 30 sisanya betina. Padahal, idealnya harus lebih banyak betina agar pertumbuhannya lancar, kalau banyak jantan nanti malah saling adu memperebutkan betina," jelas Direktur Konservasi WWF Indonesia, Arnold Sitompul.

Untungnya, tren kelahiran Badak Jawa di Ujungkulon tengah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pemerintah mencatat, dari interval 2013 hingga awal 2017 terdapat 13 kelahiran anak badak yang membawa angin segar bagi perkembangbiakan hewan mamalia itu.

Bahkan, pada tahun 2016, telah lahir empat anak Badak Jawa yang terekam video trap dari empat induk yang berbeda. Empat ekor anak badak yang terdiri dari dua jantan dan dua betina itu pun diberi nama Mayang, Irna, Prabu dan Manggala.

Kini, pemerintah pun menggandeng masyarakat sekitar yang terdiri dari dua kecamatan yakni Sumur dan Cimanggu dan 19 desa di dalamnya untuk ikut bersama menanggulangi ancaman kepunahan Badak Jawa.

Peran serta masyarakat sekitar salah satunya adalah dengan menanam pohon yang menjadi makanan badak seperti pohon salam, putat, kijahe, klendog, kitanjung, bungur, hingga bayur.

Kini, Badak Jawa butuh dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat hingga kalangan swasta untuk ikut serta dalam melindungi spesies terancam punah itu. Jangan sampai kemunculan Badak Jawa hanya akan bisa disaksikan anak cucu kita dari gambar dan video semata, tanpa pernah melihat secara langsung indahnya species mamalia tersebut.

 

Sumber : okezone

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index