Dewan di Pekanbaru Kritisi Keras Kelangkaan Elpiji

Dewan di Pekanbaru Kritisi Keras Kelangkaan Elpiji
ilustrasi (int)

Riauaktual.com - Persoalan kelangkaan gas elpiji di Kota Pekanbaru belakangan ini dikritisi keras oleh anggota komisi II DPRD Pekanbaru HJ Yurni, dan ia menilai kelangkaan yang terjadi diduga kuat karena adanya oknum pangkalan yang bermain, dimana pangkalan menyetor gas dengan jumlah banyak kepada pihak pengecer yang membawa keranjang dan bukan kepada masyarakat yang seharusnya diutamakan.

"Sudah banyak laporan warga yang kita terima terkait dugaan pangkalan nakal ini, tetapi kita belum punya bukti kuat untuk menindaklanjuti, makanya kita minta ketegasan dari Disperindag untuk melakukan pengawasan secara berkala," ucapnya.

Terkait sudah adanya satu pangkalan gas elpiji 3 kg UK milik saudara GM yang diberikan sanksi PHU ( Pemutusan Hubungan Usaha) dari Disperindah Kota Pekanbaru diapresiasi oleh Politisi PAN ini, dan jadi pelajaran buat pangkalan lainnya.

"Ini harus jadi pelajaran buat pangkalan lain yang belum kena dan coba-coba bermain dengan pengecer, kita minta pihak agen harus mengutamakan masyarakat sekitar bukan pengecer, karena gas elpiji 3 kg yang disubsidi ini harus sampai langsung kemasyarakat,  masak iya gas yang baru datang dalam satu jam sudah habis sementara masyarakat banyak yang belum dapat, ini harus diselidiki," ujarnya.

Disamping itu, masyarakat juga dihimbau untuk berperan aktif melakukan pengawasan terhadap pangkalan nakal dan segera dilaporkan kepihak-pihak terkait termasuk ke Disperindag, dan Desperindag juga harus menyediakan fasilitas penunjang untuk masyarakat menyampaikan laporan seperti membuat nomor pengaduan.

"Masyarakat yang daerah sekitarnya punya pangkalan yang terindikasi bermain segera laporkan agar bisa ditelusuri, dan untuk mempermudah masyarakat menyampaikan laporannya Desperindag harus menyediakan nomor pegaduan yang bisa masyarakat hubungi untuk meminimalisir oknum pangkalan nakal kian bertambah," tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Warga Parit Indah, Dini (27) mengaku sangat kesulitan mencari gas elpiji ditingkat agen, sementara hanya ada dijual ditingkat pengecer dengan harga yang jauh lebih mahal.

"Sebelum Idul Adha lagi susah cari gas 3 kg ni, biasanya kami beli di agen langsung, tapi belakangan kami heran setiap kali gas masuk ditingkat agen masak langsung habis gitu, kalau masyarakat yang beli tentu kelihatanlah antrinya ini ngak pula, kita curiganya oknum agen menjual ke pihak pengecer dan mereka dapat untung lagi," ungkap Dini.

Pasalnya, menurut pengakuan Dini lagi, untuk satu tabung gas elpiji 3 kg yang biasanya dibeli ditingkat agen hanya Rp. 18 ribu, ditingkat pengecer bisa mencapai Rp. 28 ribu per tabung.

"Ini kita hanya menduga, kenapa gas ini bisa kosong ditingkat agen karena bisa aja oknum agen bermain, biasa kalau jual dengan masyarakat langsung hanya Rp. 18 ribu per tabung, kalau mereka jual dengan pengecer Rp. 20 ribu per tabung saja udah berapa keuntungan mereka, lalu pihak pengecer jual lagi dengan harga yang lebih mahal," ungkapnya.

Bahkan yang herannya lagi, gas elpiji 3 kg yang dijual oleh pengecer seperti kedai dan toko harian ini ternyata juga dijual oleh warga rumahan yang tidak memiliki usaha apapun, dan hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja.

"Inikan ada yang aneh," tambah Dini.

Tidak hanya Dini, Warga Lainnya yakni Mala juga mengaku kesulitan mencari gas elpiji 3 Kg.

"Beberapa hari ini susah kali cari gas, keliling Sukajadi udah dicari ngak ada, kemaren kawan beli harganya mahal pulak, kalau gas 12 Kg sama gas yang 5 kg yang warna pink banyak kita jumpa, susahlah kalau gini sudahlah harga sembako cukup mahal mau beli gas di pengecer juga mahal, jadi Pemerintah tolonglah apa solusinya," tandasya. (pur)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index