Astagfitullah, 2 Ledakan Guncang Area Pelarian Pengungsi Rohingya

Astagfitullah, 2 Ledakan Guncang Area Pelarian Pengungsi Rohingya
Pengungsi Rohingya memanggul barang bawannya sembari menggandeng anaknya saat melintasi jalanan berlumpur setelah melewati perbatasan Bangladesh-Myanm

Riauaktual.com - Dua ledakan mengguncang daerah di sisi perbatasan Myanmar dengan Bangladesh tempat warga minoritas Rohingya mengungsi pada Senin lalu, disertai dengan suara tembakan dan asap hitam tebal.

Penjaga perbatasan Bangladesh mengatakan seorang wanita kehilangan kaki dari ledakan sekitar 50 meter di dalam Myanmar dan dibawa ke Bangladesh untuk mendapatkan perawatan. Reuters melaporkan ledakan dan asap hitam terlihat menjulang di dekat sebuah desa di Myanmar.

Kekerasan terbaru di negara bagian Rakhine di barat laut Myanmar dimulai pada 25 Agustus 2017, ketika gerilyawan Rohingya menyerang puluhan pos polisi dan sebuah pangkalan militer.

Bentrokan berikutnya dan serangan balik militer telah menewaskan setidaknya 400 orang dan memicu eksodus 90 ribu warga Rohingya ke Bangladesh.

Seorang pengungsi Rohingya yang berada di jalan setapak dekat tempat ledakan membuat rekaman apa yang tampak seperti sebuah cakram logam berdiameter sekitar 10 sentimeter sebagian terkubur di lumpur.

Dia meyakini ada dua perangkat lain yang diduga sebagai ranjau darat itu terkubur di tanah. Penjaga perbatasan Bangladesh percaya bahwa wanita yang terluka tersebut menginjak sebuah ranjau, meskipun hal itu tidak dikonfirmasi.

Dua pengungsi juga mengatakan bahwa mereka melihat anggota tentara Myanmar di lokasi tersebut dalam waktu dekat sebelum ledakan yang terjadi pada Senin, 4 September, sekitar pukul 02.25 waktu setempat.

Seperti yang dilansir Reuters, Selasa 5 September 2017, perangkat yang ditanam tersebut belum diverifikasi sebagai ranjau darat ataupun berkaitan dengan tentara Myanmar.

Juru bicara pemimpin nasional Myanmar Aung San Suu Kyi, Zaw Htay, mengatakan bahwa sebuah klarifikasi diperlukan untuk menentukan di mana bom meledak, siapa yang bisa pergi ke sana dan yang meletakkan ranjau darat itu.

"Ada begitu banyak pertanyaan. Saya ingin mengatakan bahwa itu bukan berita bagus jika Anda menulis berdasarkan seseorang yang berbicara omong kosong di pinggir jalan, "kata Zaw Htay.

Perlakuan terhadap Myanmar yang mayoritas beragama Buddha kira-kira 1,1 juta Muslim Rohingya adalah tantangan terbesar yang dihadapi Suu Kyi, yang dituduh banyak pihak karena tidak berbicara mengenai minoritas yang telah lama mengeluhkan penganiayaan. (das/tempo)
 

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index