Ketua Grup Facebook Saracen Ditangkap, Polisi: Member Hilang 67.000, Ini Jadi Pembelajaran Netizen

Ketua Grup Facebook Saracen Ditangkap, Polisi: Member Hilang 67.000, Ini Jadi Pembelajaran Netizen
Ilustrasi (Foto: Reuters

Riauaktual.com - Usai anggota komplotan sindikat penyebar hoax di media sosial ditangkap, follower grup Facebook Saracen turun signifikan. Hal ini diungkap oleh Kepala Bagian Mitra Divisi Humas Polri Kombes Awi Setiyono.

Ia mengatakan, awalnya member grup Facebook Saracencyberteam pengikutnya mencapai 800 ribu akun. Lalu, menyusut jadi 732.367 member atau berkurang 67.633 setelah punggawanya ditangkap

"Di grup FB saracencyberteam hasil pantauan penyidik posisi member yang tadi ada sekitar 800 ribu member, kemarin dilakukan update sudah banyak yang meninggalkan FB tersebut. Terakhir pada posisi membernya 732.367 ribu," kata Awi.

Mantan Kabid Humas Polda Jaya itu menjelaskan, kasus Saracen harus jadi pembelajaran terhadap warganet atau netizen untuk lebih berhati-hati dalam memilih sumber informasi. Karena selama ini ada sindikat yang bisa dipesan untuk menyebarkan kebencian seperti Saracen.

"Ini jadi pembelajaran netizen dan diharapkan jangan sampai mereka melakukan lagi ujaran kebencian dan berita hoaks yang bersifat profokatif dan memecah belah," papar Awi, sebagaimana dikutip dari okezone, Senin (28/8/2017).

Sindikat Saracen yang menyebarkan kebencian dan fitnah dengan menggunakan isu SARA di media sosial memasok tarif puluhan juta untuk para konsumen yang menyewa jasanya. Hal itu diketahui dari penemuan satu bundel proposal yang disita oleh penyidik polisi.

Dalam proposal itu, dikatakan Awi untuk pembuat website dikenakan biaya Rp15 juta. Kemudian, jasa Buzzer dipatok tarif Rp45 juta per bulan. Dan sang ketua meminta harga Rp10 juta.

"Ini kan baru data yang ditemukan dari yang bersangkutan. Termasuk kemudian siapa yang pesan, sampai saat ini juga sangat tertutup bersangkutan," tutup Awi.

Bukan Hanya di Indonesia

Diketahui pada tahun lalu, Facebook menjadi sorotan akibat menjadi sarana jejaring sosial penyebaran hoax yang menguntungkan satu pihak saja. Salah satu pelakunya berindikasi adalah remaja asal Macedonia yakni Victor.

Melansir Mirror, remaja yang diklaim sebagai pelaku ini ternyata baru berusia 16 tahun, dan ia merupakan editor sebuah situs berita hoax.

Victor diketahui berasal dari sebuah kota bernama Veles di Macedonia. Sebuah penelusuran dilakukan media asal Inggris yang menyebutkan jika terdapat ratusan orang di kota itu yang memiliki pekerjaan membuat website yang berisi berita palsu, terutama kaum muda. Tak lama, isu tersebut langsung tersebar di media sosial.

Ternyata, bisnis berita hoax memiliki keuntungan yang sangat besar, mungkin dari pihak yang berkepentingan misalnya. Sumber lain mengatakan, ada remaja yang menghasilkan USD200.000 atau sekira Rp2 miliar dengan hanya menulis berita-berita palsu yang tersebar di media sosial.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index