Dapat laporan warga miskin ijazah ditahan, Wakil Ketua DPRD Provinsi Riau datangi SMK N 2

Dapat laporan warga miskin ijazah ditahan, Wakil Ketua DPRD Provinsi Riau datangi SMK N 2

Riauaktual.com - Wakil Ketua DPRD Provinsi Riau, Noviwaldy Jusman, Senin (31/07) siang, mendatangi SMK Negeri 2 Jalan Pattimura, Pekanbaru. Kedatangan politisi dari Partai Demokrat ini, menyusul laporan orang tua murid yang ijazah anaknya ditahan oleh pihak sekolah.

Dedet begitu panggilan dari Noviwaldy Jusman, sebelumnya menerima kedatangan orang tua murid Sartini (57) bersama anaknya Rahmadhani, diruangannya.

Dalam kunjungan di gedung DPRD Provinsi Riau itu, Dedet mendengar langsung bagaimana janda tua miskin yang tidak memiliki pekerjaan pasca ditinggal sang suami Sarjuk (66) yang telah meninggal dunia 3 tahun yang lalu itu kesulitan mengambil ijazah anaknya yang ditahan oleh pihak sekolah selama 1 tahun.

Dedet langsung masuk ke ruangan Kepala Sekolah (Kepsek) SMK N 2 Pekanbaru, Suratno. Dalam perbincangan itu persoalan ijazah, Kepsek mengaku tidak mengetahui dan menyerahkan hal itu ke Wali Kelas dari Rahmadhani, Yusmiati.

Yusmiati dicecar pertanyaan oleh pimpinan DPRD Provinsi Riau. Dedet mempertanyakan alasan sekolah menahan ijazah dari anak yatim tersebut. Namun, wali kelas dari Rahmadhani itu berkelit dan mengaku tidak ada menahan ijazah dari salah satu muridnya tersebut.

"Tidak ada kami menahan ijazahnya. Ijazah ini tidak diambil-ambil. Kita coba telepon tapi nomor handphone tidak aktif," elak Yusmiati.

Dedet lalu mempertanyakan kepada Yusmiati apakah siswa tersebut ada tunggakan sebesar Rp3 juta di sekolahnya sehingga membuat sekolah menahan ijazahnya. Lagi-lagi, wali kelas ini tak mengaku.

"Bukan Rp3 juta. Uang sekolahnya belum lunas 6 bulan. Sebulannya 365 ribu. Totalnya Rp2,2 juta," kata Yusmiati.

Dedet lalu meminta kepada pihak sekolah memberikan ijazah tersebut kepada janda tua yang mengalami penyakit komplikasi itu. Menurutnya, ijazah itu sangat berarti bagi anaknya melamar pekerjaan dan melanjutkan kuliah dikemudian hari membantu orang tuanya yang susah saat ini.

"Kan tak mungkin sampai ditahan ijazahnya. Karena inikan sekolah tempat menuntut ilmu bukan  pegadaian," ucapnya.

Sartini Terharu Usai Ijazah Ditebus

Sartini (57) mengaku terharu dan tak kuasa menahan air matanya usai ijazah anaknya Rahmadhani ditebus oleh Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Noviwaldy Jusman. Dia mengucapkan rasa terimakasih atas bantuan yang diberikan oleh politisi dari Partai Demokrat itu.

"Suwun (terimakasih,red) pak. Terimakasih. Hanya allah yang bisa membalas kebaikan ini," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, Sartini mengaku bingung dan sedih saat menceritakan peristiwa pilu yang dialami oleh anaknya Ramadhani yang mengalami nasib buruk karena ijazah anaknya ditahan oleh pihak sekolah usai menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 Pekanbaru.

Penahanan ijazah itu buntut dari tunggakan uang seragam sekolah dan SPP sebesar Rp3 juta yang tidak mampu dibayarnya karena himpitan ekonomi.

Sesekali, Sartini mengusap air matanya saat menceritakan kondisi penahanan ijazah anaknya yang berlangsung selama 1 tahun lebih.

"Dia ini (Ramadhani,red) anak yatim nak. Bapaknya sudah 3,5 tahun meninggal dunia. Ijazahnya ditahan sudah setahun yang lalu. Jadinya anak saya ini kesulitan mendapat pekerjaan karena ijazahnya ditahan sekolah," kata Sartini.

Mimpi Sartini memperbaiki kondisi himpitan ekonomi anaknya kini harus pupus karena anak yang diharapkan menjadi tulang punggung keluarga tersebut, tak bisa mengambil ijazahnya usai menamatkan sekolah di SMK Negeri 2 Pekanbaru Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak.

"Bahkan minta fotocopy ijazah saja tidak dikasih oleh pihak sekolah. Bagaimana dia melamar pekerjaan nak kalau kondisinya seperti ini," ucap Sartini dengan raut muka sedih.

Dia menceritakan saat ini kondisi badannya jatuh sakit akibat penyakit komplikasi yang dideritanya selama hampir setahun lebih, pasca suaminya Alm Sarjuk (66) yang tutup usia. Ditengah perjuangan itu, Sartini tetap bangkit dan berjualan usaha sarapan pagi kecil-kecilan.

"Sekarang saya sudah tak bisa kerja lagi, kaki sudah tidak bisa jalan. Sebelumnya saya jualan sarapan pagi, lontong sayur, lontong pecal. Saya minta tolonglah sekolah memberikan ijazah anak saya ini. Saya ini lagi susah betul. Dibantulah," harapnya. (Bir)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index