Mengapa Detektor Logam Israel di Al-Aqsa Bikin Warga Palestina Murka?

Mengapa Detektor Logam Israel di Al-Aqsa Bikin Warga Palestina Murka?
Bentrokan di Masjid Al Aqsa (Foto: AP Photo/Mahmoud Illean)

Riauaktual.com - Detektor logam Israel di pintu masuk Masjidil Aqsa memicu petaka. Dengan dalih keamanan, hal ini justru membuat Muslim Palestina murka, turun ke jalan dan memicu bentrok berdarah.

Dalam sepekan terakhir ini kondisi Yerusalem tegang. Palestina memprotes keputusan Israel memasang detektor logam di gerbang Al-Aqsa. Sedikitnya tujuh warga Palestina dan tiga Israel tewas dalam ketegangan ini.

Komentar nyinyir dan pedas kemudian berseliweran di Twitter dan Facebook, mengecam warga Palestina yang marah hanya lantaran sebuah detektor logam. Bukankah benda itu juga banyak ditemui di berbagai tempat, hal biasa di kehidupan modern?

Alasannnya tidak sederhana. Kemarahan warga Palestina bukan soal keamanan saja, tapi keberadaan detektor logam itu telah mengusik kehidupan politik, agama, dan kedaulatan Palestina atas Masjidil Aqsa. Benda ini juga dianggap representasi dari penjajahan Israel di tanah suci tiga agama itu.

Israel mulai memasang detektor logam di pintu masuk Masjidil Aqsa pada 16 Juli lalu, dua hari setelah dua polisi Israel ditembak mati di Kota Tua Yerusalem. Detektor logam sebenarnya telah digunakan di gerbang untuk turis non-Muslim yang mengunjungi tempat itu, tapi tidak pernah di pintu Masjidil Aqsa.

Di antara alasan kemarahan warga Palestina adalah konsultasi. Palestina mengaku tidak diberitahukan sebelumnya soal detektor logam itu oleh Israel. Pemerintah Israel mengatakan telah menginformasikannya kepada Yordania, penjaga situs suci itu.


Pemasangan dan penggunaan detektor logam juga sangat cepat, langsung mempengaruhi kehidupan masyarakat Palestina. Padahal, yang membunuh dua polisi Israel adalah warga Israel keturunan Arab, bukan orang Palestina.

Kemarahan Palestina ini bisa dipahami dengan merunut sejarah.

Pada tahun 1967 ketika Perang Timur Tengah Israel mencaplok Yerusalem Timur, termasuk Kota Tua dengan Masjidil Aqsa di dalamnya. Pencaplokan oleh Israel tidak diakui Palestina dan komunitas internasional karena dianggap pelanggaran hukum internasional. Namun Israel tidak peduli dan tetap menerapkan keamanan ketat di Yerusalem Timur.

Sejak puluhan tahun, kompleks Masjidil Aqsa berada dalam status quo berdasarkan kesepakatan berbagai negara. Umat Yahudi dan Kristen boleh mengunjunginya, tapi hanya Muslim yang boleh beribadah di tempat itu. Israel awalnya mematuhi peraturan tersebut. Namun dari hari ke hari, Israel perlahan melanggarnya.


Umat Yahudi mulai berdatangan memasuki kompleks Masjidil Aqsa dan diam-diam beribadah. Masyarakat Palestina mulai merasa Israel diam-diam mencoba mencoreng status quo Masjidil Aqsa, terlebih lagi dengan pemasangan detektor logam kali ini.

Pemerintah Mahmoud Abbas mengatakan, seharusnya yang mengamankan Masjidil Aqsa adalah Muslim Palestina, bukan tentara Israel. "Kedaulatan masjid suci itu ada di tangan kami. Kami yang seharusnya mengawasi dan berdiri di gerbangnya," kata Presiden Otoritas Palestina itu.

Abbas langsung menghentikan seluruh kerja sama keamanan dan komunikasi politik dengan israel.

Bagi Muslim Palestina, dan Muslim di seluruh dunia, Masjidil Aqsa adalah satu dari tiga masjid suci, kiblat pertama umat Islam. Masjidil Aqsa juga jadi pembangkit semangat masyarakat Palestina bergerak menentang penjajahan Israel, di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza.

"Masalah kami bukan hanya gerbangnya (detektor logam), masalah kami adalah penjajahan Israel. Masjidil Aqsa bukan tempat untuk memasang gerbang keamanan, rasanya masjid ini jadi seperti punya Israel," kata Walid Alhawany, 48, pemilik toko di Kota Tua Yerusalem.

 

Sumber : Kumparan.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index