Membandingkan Presiden Soekarno & Jokowi memperjuangkan Palestina

Membandingkan Presiden Soekarno & Jokowi memperjuangkan Palestina
Warga Palestina bentrok dengan polisi Israel di depan Masjid Al-Aqsa. ©Reuters

Riauaktual.com - "Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel."

Demikian pidato Presiden Soekarno tahun 1962. Presiden Soekarno melawan agresi Israel di forum-forum internasional.

Tahun 1950, Indonesia menolak delegasi perdamaian dari Israel. Bahkan iming-iming Israel untuk mengakui kedaulatan Indonesia secara penuh juga tak menarik minat Soekarno-Hatta.

Tahun 1955, Presiden Soekarno menentang keras keikutsertaan Israel dalam Konferensi Asia Afrika. Sebaliknya, Palestina ikut hadir dalam KAA yang digelar di Bandung itu.

Israel yang menjajah Palestina dianggap bertentangan dalam gerakan gerakan legendaris menentang kolonialisme tersebut.

Tak hanya itu, Bung Karno bahkan dengan lantang menentang kepesertaan Israel dan Taiwan di Asian Games. Hal itu ditunjukan Bung Karno dengan tidak mengundang Israel dan Taiwan di Asian Games tahun 1962 yang berlangsung di Jakarta.

Atas sikap tegas Bung Karno itu, Komite Olimpiade Internasional (KOI) kemudian mencabut sementara keanggotaan Indonesia dalam organisasi tersebut.

Tak kalah galak, Bung Karno lantas menyatakan Indonesia keluar dari KOI dan menggagas dibentuknya olimpiade tandingan dengan nama GANEFO (Games of the New Emerging Forces).

Suara memperjuangkan kemerdekaan Palestina terus digaungkan Presiden Soekarno di PBB atau forum internasional lain. Bagi Indonesia, Palestina harus merdeka.

Kata-kata Presiden Soekarno tahun 1962 itulah yang dikutip Presiden Jokowi KTT Luar Biasa OKI soal Palestina tahun 2016 lalu.

"Kami bangsa Indonesia konsisten dengan janji tersebut. Hari ini, Indonesia berdiri bersama dengan negara-negara OKI untuk meneruskan perjuangan yang belum selesai itu," kata Presiden Jokowi.

Di antara negara-negara peserta Asia Afrika yang mengikuti konferensi KAA di Bandung, Palestina lah yang belum mendapatkan kemerdekaannya sejak dijajah Israel sejak tahun 1948.

Di peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika tahun 2015 lalu, Presiden Jokowi berpidato soal kemerdekaan Pancasila. Dia meneruskan apa yang dimulai apa oleh Presiden Soekarno setengah abad silam.

Jokowi mendesak agar PBB berfungsi dengan maksimal memperjuangkan keadilan bagi seluruh negara di dunia. Sebab sampai saat ini, dia merasa ketidakadilan masih menyesakkan dada.

"Kita dan dunia masih berhutang pada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina yang hidup dalam ketidakpatutan, penjajahan yang berlangsung sejak lama," jelas Jokowi yang disambut tepuk tangan para kepala negara yang hadir.

Dia mengingatkan kepada seluruh kepala negara Asia Afrika untuk tidak melupakan rakyat Palestina yang sampai saat ini masih menderita karena penjajahan.

"Kita tidak boleh berpaling dari penderitaan Palestina, kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka," tegas dia.

Presiden Jokowi secara khusus menemui Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah. Dalam pertemuan itu keduanya sepakat untuk meningkatkan hubungan diplomatik, perdagangan dan kerja sama pelatihan antara dua negara. Jokowi juga mendesak PBB agar menerima Palestina menjadi anggota penuh PBB.

Kini situasi di Palestina kembali memanas. Tentara Israel menduduki Masjid Al Aqsa. Sempat mereka melarang warga Palestina salat di masjid bersejarah itu. Israel kemudian mengizinkan mereka salat, asal melalui metal detector dan pemeriksaan ketat sebelum masuk masjid.

Maka Presiden Joko Widodo kembali bersuara. Dia mengecam keras pelarangan ibadah salat di Masjid Al Aqsa. Jokowi juga meminta masyarakat internasional membantu penyelesaian konflik dan penjajahan yang masih terjadi di Palestina itu.

"Indonesia meminta kepada PBB, kepada Sekjen PBB, agar Dewan Keamanan PBB dapat segera melakukan sidang untuk membahas krisis yang ada di komplek Masjid Al Aqsa," kata Presiden Joko Widodo ditemui di komplek Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Sabtu (22/7).

Pemerintah Indonesia menolak segala bentuk aksi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), termasuk pembunuhan terhadap jemaah yang berupaya menjalankan haknya untuk melakukan ibadah di Masjid Al-Aqsa.

Pemerintah Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera mengadakan sidang dan mengambil langkah untuk menghentikan tindak kekerasan oleh pihak keamanan Israel di Kompleks Masjid Al-Aqsa. Tak cuma Indonesia, sejumlah negara lain menuntut hal serupa.

Namun mendapat tekanan internasional, Israel tak peduli. Mereka tetap memasang metal detector dan melakukan aksi represif. Korban sipil diperkirakan masih akan terus berjatuhan.

Seperti kata Bung Karno dan diteruskan Jokowi, Indonesia akan selalu bersama rakyat Palestina.

 

Sumber : merdeka.com

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index