Tanpa Sadar Orang RI Sudah Ganti Rp 1.000 Jadi Rp 1

Tanpa Sadar Orang RI Sudah Ganti Rp 1.000 Jadi Rp 1
ilustrasi (int)

Riauaktual.com - Secara tak sadar, masyarakat Indonesia sudah menjalankan kebijakan redenominasi atau penyederhanaan mata uang yang direncanakan dari Rp 1.000 menjadi Rp 1. Bagaimana bisa?

Lihat saja pada beberapa restoran atau cafe hingga toko, tiga angka di belakang biasanya diganti dengan K. Misalnya harga kopi Rp 32.000, maka pada daftar menu akan dituliskan Rp 32 K.

Awalnya memang terlihat aneh. Namun terus berjalan, penyederhanaan tersebut tidak membingungkan atau menyesatkan konsumen. Harga yang tercantum jadi kelihatan rapi dan tidak menakutkan.

"Orang orang asing yang tinggal di Indonesia nampaknya lebih menyukai penyederhanaan atau perampingan penulisan rupiah, termasuk penyebutan harga dengan menanggalkan bilangan ribuannya," ungkap Mantan Dirjen Pajak Fuad Bawazier sebagaimana dikutip dari detikFinance, hari ini.

Hal yang sama, kata Fuad juga terjadi di pasar tradisional yang mayoritas adalah rakyat kecil. Para pedagang akan menyebutkan angka 7,5 ketika ditanya harga satu barang yang bernilai Rp 7.500. Konsumen juga dengan mudah memahami maksud dari pedagang.

Bagi masyarakat kelas atas, yang sering berhubungan dengan laporan keuangan juga sudah menjalani redenominasi. Lihat saja pada publikasi laporan keuangan, nominalnya selalu ditandai dengan keterangan ribu, juta atau miliar. Begitu dengan dengan nota keuangan dan APBN.

Menurut Fuad, deretan hal tersebut menujukkan bahwa redenominasi bisa dilakukan sekarang. Di samping juga pertimbangan lain, bahwa mata uang dengan nilai yang terlalu besar diindikasikan sebagai negara dengan pengelolaan ekonomi yang buruk.

"Rasanya sulit membangun kepercayaan terhadap perekonomia yang mata uang yang nilai tukarnya rendah atau jatuh," jelasnya.

"Oleh karena itu sudah tepat bila pemerintah dan Bank Indonesia kini berkehendak menyederhanakan nilai rupiah mengikuti pola atau budaya yang sudah berlangsung mulus di masyarakat selama ini," paparnya.

Fuad menambahkan, rupiah yang berlaku sekarang sudah berlangsung sejak 1966. Dulu sempat ada pemotongan Rp 1.000 menjadi Rp 1. Pemotongan waktu itu memang membuat panik sehingga antrean mengular di berbagai bank. Sementara yang berlaku sekarang bukan pemotongan, melainkan penyederhanaan.

Agar tidak ada kepanikan, Fuad menilai perlunya langkah bertahap dari pemerintah maupun BI. Tentunya uang baru ini akan beredar bersama sama atau berdampingan dengan uang lama, agar tidak ada kejutan atau kepanikan. Dalam jangka waktu 5 tahun, diperkirakan uang lama telah habis tersedot masuk kembali ke BI dan yang beredar tinggal uang baru.

Dalam tahun pertama saja diperkirakan masyarakat sudah terbiasa dengan adanya dua mata uang yang beredar (lama dan baru) dan cenderung lebih suka menggunakan uang dengan nominal yang baru.

"Kurs rupiah terhadap dolar pun akan menjadi US$1=Rp13,- dan rupiah nampak lebih berwibawa atau bergengsi," tegas Fuad.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index