Ditemukan sudah mati, taring dan kumis harimau hilang

Ditemukan sudah mati, taring dan kumis harimau hilang
Foto : 2 harimau sumatera mati. ©2017 merdeka.com/yan muhardiansyah

Riauaktual.com - Tim dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) masih mencari tahu penyebab kematian dan turunnya sejumlah harimau sumatera (Phantera tigris sumatrae) di Desa Sipahoras, Sosopan, Padang Lawas (Palas), Sumatera Utara. Mereka juga menyelidiki hilangnya taring dan kumis dari salah seekor satwa itu.

Kumis dan taring harimau betina harimau yang diperkirakan berusia antara 3 hingga 5 tahun itu memang sudah hilang saat bangkainya ditemukan pada Rabu (12/7).

"Terkait hilangnya bagian tubuh pada jasad harimau itu, BBKSDA Sumatera Utara akan melakukan penyelidikan lebih lanjut," kata Kepala Bidang KSDA Wilayah III pada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara di Padang Sidimpuan, Gunawan Alza, Jumat (14/7).

Selain harimau betina itu, dua hari sebelumnya seekor harimau jantan ditemukan dalam keadaan kritis di lokasi yang sama. Harimau yang diperkirakan berusia 3-4 tahun itu tidak mampu bertahan meskipun telah mendapatkan tindakan medis. Tidak ada bagian tubuhnya yang hilang.

Dua harimau ini menambah jumlah harimau yang terlihat di Desa Sipahoras. Sebelumnya, Sabtu (8/7), warga juga menemukan induk dan anak harimau di kampung mereka. Penampakan ini sempat membuat warga khawatir.

"Kedua harimau itu diduga berbeda dengan dua yang mati. Dengan temuan itu, kita sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah pada sore hingga malam, jika beraktivitas jangan dilakukan seorang diri," jelas Gunawan.

Desa Sipahoras memang dekat dengan kawasan hutan Barumun yang menjadi salah satu habitat harimau sumatera. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, populasi harimau di hutan itu berkisar 7-8 ekor.

Terkait masuknya sejumlah harimau ke perkampungan ini, Gunawan menyatakan ada sejumlah hal yang dapat menjadi penyebabnya. "Bisa karena sakit atau tua, sehingga tidak dapat bersaing di habitatnya, atau induk sedang menyapih anaknya sehingga mencari makanan yang mudah. Dapat pula disebabkan kondisi hutan tempat habitatnya rusak, karena di sana (Barumun) ada beberapa bagian yang sudah terbuka," jelas Gunawan.

Untuk mengantisipasi masuknya kembali harimau ke perkampungan, BBKSDA Sumatera Utara menyatakan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, TNI, Polri, hingga LSM.

"Kita juga mengimbau masyarakat apabila menyaksikan kejadian serupa (harimau masuk ke kampung) agar segera memberikan informasi dan tidak melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan, seperti menangkap satwa liar dilindungi dan mengambil bagian tubuhnya," pungkas Gunawan.


Sumber : merdeka.com

 

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index