Selesai Maniliak Bulan, Tarekat Syattariyah Putuskan Puasa Hari Ini

Selesai Maniliak Bulan, Tarekat Syattariyah Putuskan Puasa Hari Ini
Manaliak bulan, cara Tarekat Syattariah menentukan hilal (Foto: Rus Akbar/Okezone)

Riauaktual.com - Puluhan ulama Tarekat Syattaryah dari utusan masjid-masjid di Kabupaten dan Kota Sumatera Barat memadati Pantai Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman untuk maniliak  bulan.

Maniliak bulan (hilal) merupakan tradisi yang diajarkan oleh guru Tarekat Syattaryah dalam menentukan kapan berpuasa dan Idul Fitri atau Idul Adha. Sejak pukul 18.00 WIB sampai pukul 19.30 Tarekat Syattaryah bertahan di pantai tersebut. Bahkan saat salat magrib pun dilakukan di pantai Ulakan, lokasi para nelayan menambatkan perahunya secara berjamaah.

Ada tiga kelompok melakukan salat magrib, masing-masing dipimpin oleh satu imam laki-laki. Dua kelompok perempuan dan satu kelompok para ulama.

“Ini tradisi yang diajarkan guru kepada kami, untuk menentukan ibadah puasa kita menilik bulan dengan mata telanjang kita sendiri,” ujar Ulama Tarekat Syattariyah Tuanku Alim Imran sebagaimana dikutip dari Okezone, Sabtu (27/5/2017).

Tak hanya para ulama jamaah Syattriyah, yang lainnya juga berduyun-duyun ke lokasi untuk menyaksikan bulan sambil rekreasi. Tuanku Ali menambahkan melihat bulan tersebut berpedoman kepada hadis Rasulullah yang berbunyi: "Berpuasalah kamu dengan melihat bulan (Ruqyah Hilal) dan berbukalah kamu (lebaran) dengan Ruqyah Hilal pula. Jika seandainya tidak terlihat bulan maka sempurnakan Syaban mu 30 hari,” demikian bunyi hadis itu.

Ia menyatakan, penentuan waktu melihat hilal tarikat Sattariyah tersebut didasari oleh penghitungan hisab takwim khamsiah yaitu diambil dari huruf tahun dan dijumlahkan dengan huruf bulan. Ia menjelaskan hisab takwim khamsiah ialah apabila huruf tahun ‘waw’ atau enam sedangkan bulan ‘ha’ atau lima maka jumlahnya yaitu 11 yang jatuh pada Minggu.

"Jadi kita melihat bulan pada hari Sabtu," katanya.

Kata Tuanku Ali, penghitungan tersebut didapatkan oleh guru tarikat tersebut yaitu Syeikh Burhanuddin yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di Minangkabau. “Kalau tidak nampak bulan disini kita akan koordinasi dengan lokasi lain seperti di Koto Tua, Solok, Padang. Kalau tidak ada maka akan dilakukan sidang isbat oleh para ulama untuk menentukan puasanya, kalau tidak besok puasanya makanya hari Senin akan puasa,” tutur dia.

Dari pengamatan yang dilakukan sampai pukul 19.30 WIB bulan tidak nampak karena sebagian berawan tebal sementara lokasi Koto Baru juga dilanda hujan. “Kita akan melakukan sidang malam ini untuk menentukan kapan puasanya,” ujarnya.

Setelah melakukan sidang isbat akhirnya para ulama memutuskan puasa besok. Pasalnya hilal tampak di Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. “Hasil sidang Isbat kita tadi yang diikuti para ulama diputuskan besok puasa karena di Pulau Punjung Dharmasraya tampak bulan,” ujar ulama dari Kayu Tanam Padang Pariaman, Tuanku Imam Sidi yang mengikuti sidang Isbat.

Tuanku Imam Sidi menambahkan, mereka ini utusan dari daerah oleh jamaah Syattariyah mengikuti ritual maniliak  bulan. “Di sini pusatnya tapi untuk melihat bulan ada juga di beberapa daerah kalau tidak tampak disini maka di tempat lain akan tampak, tadi sudah tampak,” ujarnya.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index