Lebih dari separuh remaja diwilayah Rembang hamil dini

Lebih dari separuh remaja diwilayah Rembang hamil dini
ilustrasi

Riauaktual.com - Lebih dari separuh perempuan usia 15-24 tahun di Rembang, Jawa Tengah, hamil pertama sebelum usia mereka genap 20 tahun. Oleh sebab itu, daerah ini menjadi fokus program "Yes I Do" yang digagas Rutgers WPF Indonesia, Aliansi Remaja Independen, dan Plan International Indonesia untuk mencegah dan memutus rantai pernikahan anak.

"Kenapa Rembang? Lebih dari separuh perempuan usia 15-24 tahun di Rembang, hamil pertama sebelum usia mereka 20 tahun," kata Project Manager "Yes I Do", Amrullah, di Semarang, Selasa (18/04/2017).

Berdasarkan data yang didapatkan dari survei CREDOS, bagian dari program "Yes I Do", kata dia, menunjukkan perkawinan usia anak dan kehamilan remaja masih menjadi persoalan yang terjadi di Rembang.

Hal itu diungkapkan dia di sela "Diseminasi Hasil Baseline dan Lokakarya Bersama Jurnalis" yang digelar Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah sebagai "local partner" program "Yes I Do".

Amrullah mengakui penyebab pernikanan anak di Rembang kompleks, meliputi tingkat pendidikan, kondisi ekonomi, dan pola pikir anak yang mudah dipengaruhi kultur masyarakat dan lingkungan.

"Misalnya, bapaknya tidak mementingkan pendidikan anak, ibunya di masa lalu juga pernah menikah sangat muda, implikasinya ke anak. Apalagi, tidak diperkuat dengan kemampuan hidup. Jadi, mata rantai," katanya, sebagaimana dikutip dari Antara.

Untuk mengatasi persoalan itu, kata dia, mata rantai harus diputus secara bersamaan agar optimal dengan peran serta banyak pihak, termasuk mitra setempat dan pemerintah kota setempat.

Rembang, kata dia, merupakan salah satu di antara tiga daerah yang diintervensi program "Yes I Do", selain Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dan Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

"Ini sudah memasuki tahun kedua. Kami sudah kumpulkan ada 680 anak perempuan usia 10-18 tahun di Rembang. Kalau di tiga daerah, tercatat ada lebih dari 2.000 anak perempuan. Kami masih identifikasi," katanya.

Artinya, kata dia, dari data yang terkumpul akan diidentifikasi yang kondisinya rawan sehingga perlu didampingi dengan program "Yes I Do", sebab kuota pendampingan sekitar 80 anak/daerah.

"Kami tidak bisa dampingi semua agar lebih optimal hasilnya. Di setiap daerah, kami ambil empat desa, dan ada 20 anak dari setiap desa yang akan didampingi program Yes I Do," katanya.

Pendampingan, kata dia, dilakukan secara menyeluruh, seperti pendidikan dengan menjamin akses pendidikannya, kemudian ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi, termasuk penanaman kemampuan lunak.

"Target kami lima tahun untuk program ini. Makanya, kami butuh peran serta berbagai pihak, termasuk pemda setempat, seperti fasilitasi pendidikan. Kami akan bantu advokasi ke pemda," kata Amrullah.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index