Novel Penyidik yang Ditakuti Para Koruptor, Ternyata Cucu pendiri Republik dan Adik Anis Baswedan

Novel Penyidik yang Ditakuti Para Koruptor, Ternyata Cucu pendiri Republik dan Adik Anis Baswedan
anis baswedan dan novel baswedan tampak bercanda sepulang melakukan sholat jum'at beberapa waktu lalu (int)

Riauaktual.com - Tak banyak yang tahu, Komisaris Novel Baswedan adalah cucu pendiri Republik ini, Abdurrahman Baswedan. AR Baswedan demikian ia biasa disapa adalah jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat dan juga sastrawan Indonesia.

Dia pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), dan Anggota Dewan Konstituante. Tak kalah penting, AR Baswedan adalah salah satu diplomat pertama Indonesia yang turut berperan mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia, yaitu dari Mesir.

Novel adalah penyidik yang berperan penting dalam mengungkap kasus dugaan korupsi proyek-proyek besar di negeri ini, salah satunya simulator ujian SIM Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri. Dia juga yang menyidik skandal korupsi yang melibatkan mantan Bendahara Partai Demokrat, M. Nazaruddin, yang kemudian menyeret banyak tokoh penting di Republik dan yang baru-baru ini menghebohkan pengungkapan kasus korupsi megaproyek e-KTP.

Juga patut dicatat, pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, itu juga adalah salah satu dari lima penyidik yang memilih bertahan di KPK, saat Polri memutuskan menarik 15 penyidiknya yang diperbantukan di KPK.

Novel, perwira lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1998, yang juga adik sepupu dari Calon Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan ini juga selalu mendapatkan teror dan ancaman selama ia bertugas menangkap para tiku-tikus berdasi di negeri ini. Dia merupakan penyidik yang dianggap tidak pandang bulu dalam menangani kasus.

Pada Oktober 2012, sejumlah anggota Polri mendatangi gedung KPK untuk menjemput Novel, yang sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penembakan terhadap pencuri sarang burung walet di Lampung pada 2004.

Penetapan tersangka itu dilakukan tak lama setelah Novel memimpin penggeledahan di Korlantas Polri. Saat itu, Novel menjabat sebagai Kepala Satgas kasus simulator SIM yang menjerat Irjen Djoko Susilo, yang saat itu menjabat Kakorlantas. Novel membantah memerintahkan penembakan terhadap pencuri sarang burung walet.

Kasus penembakan pencuri sarang walet itu terjadi saat Novel menjabat kepala satuan reserse kriminal di Polres Lampung. Novel dianggap bertanggung jawab atas penembakan tersebut.

Kasus ini kembali mencuat pada pertengahan 2015. Pada 1 Mei dini hari, Novel ditangkap di rumahnya di Kelapa Gading. Novel terbebas karena tidak cukup bukti. Kejaksaan Agung menerbitkan surat keputusan penghentian penuntutan (SKPP) atas dugaan menganiaya seorang pencuri sarang burung walet hingga tewas pada 2004.

Selanjutnya, pada Kamis (23/3/2017) lalu , Mantan Anggota Komisi II DPR RI Miryam S Haryani mengaku ditekan oleh Novel Baswedan dan dua penyidik KPK.

Akhirnya, Miryam mencabut keterangannya dalam berita acara pemeriksaan (BAP) yang mengaku membagi-bagikan uang dalam proyek e-KTP.

Novel juga mendapatkan Surat Peringatan 2 dari internal KPK, karena dianggap menghambat penyidikan.

Terakhir, Novel Baswedan diteror usai salat subuh berjemaah di masjid di sekitar rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Wajah penyidik senior KPK tersebut disiram air keras oleh seseorang yang tidak dikenal.

"Ya benar. Disiram (air keras, red) habis salat subuh tadi," ujar Laode M Syarief, salah satu pimpinan KPK, Selasa (11/4/2017).

Laode mengatakan, saat ini Novel masih dirawat di instalasi gawat darurat RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Seperti diketahui, Novel telah beberapa kali mendapat teror. Tahun lalu, Novel ditabrak mobil ketika sedang mengendarai sepeda motor menuju kantornya di Kuningan, Jakarta Selatan.



 

 

 

Keterangan : dikutip dari berbagai sumber




 

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index