Penuhi Kebutuhan Ramadan, Kemendag Akan Buka Keran Impor

Penuhi Kebutuhan Ramadan, Kemendag Akan Buka Keran Impor
ilustrasi

Riauaktual.com - Bulan Ramadan semakin mendekat. Pemerintah bersiap memenuhi kebutuhan dengan membuka keran impor.

Kementerian Perdagangan memutuskan masih tetap  akan membuka keran impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang dapat naik dua hingga tiga kali lipat di sepanjang Ramadan.  "Dari hitung-hitungan masih ada kekurangan. Gula konsumsi pasti impor, daging pasti impor," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, sebagimana dikutip dari viva.co.id, hari ini.

Ia mengatakan daging dan gula konsumsi masih perlu diimpor karena ketersediaan dalam negeri memang belum dapat memenuhi kebutuhan yang ada. "Kita bermashab anti-impor sangat keras. Tapi, faktanya untuk penuhi konsumsi ketersediaan lokal kita tidak cukup," ucapnya.

Perhitungan Kemendag untuk ketersediaan daging lokal pada Juni saja ada sekitar 38.912 ton dengan kebutuhan 60.019 ton. Sedangkan gula konsumsi, kebutuhan selama setahun ada sekitar 3,3 juta ton, tapi ketersediaan lokal hanya 2,2 juta ton per tahun.  "Kita akan mulai datangkan gula dari Australia, supaya tidak hanya dari Thailand saja. Harganya juga sudah sama," sebutnya.

Terlebih dahulu, pihaknya akan memastikan volume impor yang dibutuhkan importir agar tidak akan ada kelebihan gula impor yang dapat dimainkan harganya oleh oknum tertentu.

Sementara ini, harga eceran tertinggi untuk gula kristal putih di pasaran ditetapkan Kemendag seharga Rp12.500 per kilogram. Sedangkan, harga eceran daging beku dari berbagai negara, seperti Australia, Spanyol, Brasil, saat ini berada di kisaran Rp80 ribu per kg dan daging segar Rp115 ribu per kg.

Di sisi lain untuk komoditas beras, terdapat kelebihan ketersediaan di sejumlah wilayah, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.

Meski ada wilayah yang mengalami kekurangan stok beras, seperti di wilayah Sumatera Barat, hal itu masih dapat teratasi dengan mendistribusikan barang dari daerah basis produksi ke daerah yang kekurangan produksi. "Beras itu pasti kita enggak impor," ujarnya.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index