Suara Abdullah dalam kisruh Antasari Vs SBY

Suara Abdullah dalam kisruh Antasari Vs SBY
SBY-Antasari

Riauaktual.com - Jelang hari H pencoblosan Pilkada DKI, Susilo Bambang Yudhoyono harus direpotkan dengan konferensi pers untuk menanggapi tuduhan Antasari Azhar, bekas ketua KPK, yang sempat menjadi pesakitan.

Antasari membuat pernyataan yang pada intinya meminta SBY jujur dan terbuka tentang kasus yang pernah membawanya ke penjara. Dia mengaku telah menyiapkan saksi yang dibutuhkan polisi untuk menyelidiki SMS palsu kepada direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, yang dibunuh orang tak dikenal sembilan tahun lalu dan menyeret Antasari ke penjara. SMS itu berbunyi, "Maaf permasalahan ini hanya kita saja yang tahu. Kalau sampai terbongkar, Anda tahu konsekuensinya."

Selesai berbicara mengenai SMS itu, Antasari kemudian menyatakan dirinya dikriminalisasi oleh SBY. Dengan berterus-terang, dia menuding SBY sebagai otak rekayasa kasus pembunuhan Nasrudin .

"Perkaranya, dia minta Antasari segera diproses. Bisa saja perintah segera ini, dengan membuat SMS itu kan? Tapi bukan SBY yang buat SMS, bukan. Tapi inisiator untuk saya jadi dikriminalisasi itu, dari situ," kata Antasari.

Dia juga menyebut nama Hary Tanoesoedibjo, yang juga Ketua Umum Partai Perindo, sebagai utusan SBY yang menemuinya supaya tidak menahan Aulia Pohan, besan SBY yang divonis bersalah pada 2009 oleh Pengadilan Tipikor dengan hukuman 4,6 tahun dan denda Rp 200 juta subsider 6 bulan kurungan. Di tingkat kasasi, hukuman Aulia Pohan mendapat pengurangan dari Mahkamah Agung menjadi 3 tahun penjara dan denda Rp 200 juta.

Tudingan Antasari secara terbuka ini ditanggapi serius oleh SBY. Presiden ke-6 RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrat itu menggelar konferensi pers di kediamannya, pada malam sebelum hari pencoblosan Pilkada DKI, yang di dalamnya anak sulungnya ikut kontestasi.

SBY langsung bicara mengenai tuduhan yang dilancarkan Antasari Azhar. Akan tetapi,  SBY tidak menyebut Antasari sebagai mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tapi mantan napi.

"Tiba-tiba hari ini ada serangan, black campaign yang disampaikan saudara Antasari, mantan narapidana yang baru mendapat grasi Presiden Jokowi," ujar SBY

SBY balik menuding Antasari mendapat angin dari penguasa. "Apa yang dilakukan Antasari tidak mungkin tanpa blessing dan restu dari kekuasaan," kata SBY.

SBY pun meminta penguasa hati-hati dalam hal ini. "Jangan bermain api, terbakar nanti," ancamnya.

SBY menilai, apa yang dilakukan oleh penguasa saat init tidak bisa dilepaskan dari upaya untuk menjegal Agus Harimurti Yudhoyono untuk memenangkan Pilgub DKI 2017.

"Saya bertanya, apakah memang tidak boleh Agus Yudhoyono menggunakan hak konstitusionalnya untuk ikut dalam Pilkada DKI? Apakah memang seseorang harus dimenangkan dengan segala cara, mutlak dan harga mati, sehingga saingan kuatnya harus dihancurkan dengan cara-cara yang tidak ksatria, tidak demokratis?" kata SBY.

Di tengah panasnya perang opini antara Antasari dan SBY, muncul eks penasihat KPK, Abdullah Hehamahua. Dia tegas menyatakan bahwa perancang krimininalisasi kasus mantan ketua KPK, Antasari Azhar adalah orang dekat Megawati.

Pernyataan tertulis Abdullah itu beredar di kalangan terbatas. Pesan tersebut berisi delapan poin utama, yakni: 1) perancang krimininalisasi kasus Antasari adalah orang dekat Megawati, yang sekarang menjadi  kepercayaan Jokowi dan menduduki posisi strategis; 2) kasus Cicak-Buaya dan pembunuhan Nasruddin bukan diarahkan ke Antasari melainkan untuk menghilangkan eksistensi KPK; 3) Antasari sebagai mata rantai terlemah dari lima komisioner KPK saat itu; 4) Antasari sebagai orang yang tidak taat asas terhadap SOP dan kode etik KPK sehingga terlempar dengan sendirinya; 5) saat Antasari dirundung kasus, KPK menunjuk pengacara bagi Antasari karena dia dinilai melanggar kode etik KPK; 6) banyak orang KPK tahu bahwa Antasari bukan pembunuh (Nasrudin), tapi mayoritas pejabat dan pegawai KPK tidak suka Antasari karena dinilai merusak tatanan dan budaya organisasi di KPK yang dibangun pimpinan KPK edisi pertama; 7) penangkapan Aulia Pohan (besan sBY) dan mantan kapolri bukan prestasi Antasari karena penyelidikan mereka sudah selesai pada periode pimpinan KPK jilid satu, cuma belum sempat dieksekusi karena sudah habis masa jabatan mereka, jadi tidak ada alasan SBY dendam ke Antasari; 8) terpilhnya Antasari menjadi ketua KPK, juga dipermasalahkan oleh internal KPK. Untuk meyakinkan internal KPK, Abdullah meminta pegawai KPK memberi waktu enam bulan kepada Antasari untuk membuktikan bahwa dirinya pantas menjadi ketua KPK.

Selanjutnya, Abdullah menilai Antasari adalah orang yang mudah tergoda dengan iming-iming jabatan. Oleh karena itu, dia meminta grasi setelah PK-nya ditolak MA. Abdullah. Menurut pria yang terkenal jujur dan sederhana ini, penguasa berkepentingan dengan Antasari karena bisa digunakan untuk meraup suara untuk memenangkan Ahok, tentu saja dengan memukul Agus lewat SBY.

Kemunculan Abdullah di tengah perseteruan Antasari-SBY mampu memberikan angin segar untuk melihat masalah ini lebih jernih. Akan tetapi, babak baru dalam rivalitas Antasari-SBY ini sangat terlambat untuk memperbaiki citra SBY demi memperkuat posisi Agus di Pilkada DKI.




Sumber : rimanews

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index