Berikut Data dan Fakta Kerajaan Rantau Kampar Kiri

Berikut Data dan Fakta Kerajaan Rantau Kampar Kiri
Istana Kerajaan Rantau Kampar Kiri

Riauaktual.com - Kerajaan Rantau Kampar Kiri atau selama ini dikenal dengan Kerajaan Gunung Sahilan memiliki sebelas raja yang awalnya rajanya merupakan cucu  keempat dari Sri Maha Raja Diraja di Pagaruyung, Minang Kabau. Data-data silsilah kerajaan Rantau Kampar Kiri ini masih terarsipkan dengan baik.

Berikut data dan keterangan yang disampaikan H Dharmansyah keturunan kerajaan, pada acara penambalan Raja Rantau Kampar Kiri yang baru bernama, Tengku Muhammad Nizar. Penambalannya sendiri dilakukan oleh Raja Adat Tengku H Arial yang langsung disaksikan Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman dan Penjabat (Pj) Bupati Kampar Syahrial Abdi.

Pertama, Raja pertama Kerajaan Rantau Kampar Kiri ini berasal dari cucu keempat Sri Maha Raja Diraja yang mula-mula menjadi Raja di Minang Kabau. Kedua, sebagian besar penduduk Kampar Kiri keturunan Minang Kabau.

Ketiga, adat istiadat juga diambil dari Pagaruyung, Minang Kabau. Keempat, daerah kekuasaan Kerajaan Rantau Kampar Kiri mulai dari Sialang Berlantak Besi di Muara Langgeng Rantau Taras sampai dengan di Batang Durian di Paku Raja, Pangkalan Kapas di daerah Ludai sekarang ini.

Sistem kerjaannya dipimpin seorang raja, dan dibantu lima pembesar sebagaimana di Kerajaan Pagaruyung. Yakni, Pertama, Datu Besar Khalifah Kiri. Berkedudukan di Gunung Sahilan. Kedua Datuk Bendaharo Khalifah Kuntu berkedudukan di Kuntu.

Ketiga, Datok Bendahato Ujung Bukit berkedudukan di ujung Bukit. Keempat Datok gadang khalifah Batu Sandang berkedudukan di Batu Sanggan. Kelima Dato Maharajo Besar Khalifah Ludai berkedudukan di Ludai.

Berdasarkan catatan buku sejaran Tangku H Ibrahim Wazir Kerajaan Rantau Kampar Kiri yang ditulis 18 Mei 1950 kemudian disalin ulang oleh H Dharmansyah salah seorang cucu dari T H Ibrahim dengan Putri Intan yang dipertuan gadis pada 25 September 1978.

Kemudian disebutkan juga, diantara raja-raja tersebut memerintah pernah terputus-putus. Diantara raja yang bertahta, ada selam 80 tahun, 100 tahun bahkan ada yang lebih dari itu. Ini diakibatkan beberapa hal, seperti bibit kerajaan yang masih kecil atau ada juga karena belum ada keturunan.

Kemudian ada pun sebelas raja-raja yang memerintah di Rantau Kampar Kiri ini di Istana Koto Dalam Gunung Sahilan adalah sebagai berikut. Pertama Raja Berdarah Putih, dengan nama aslinya Raja Mangiang. Gelarnya, Raja Muda di Gunung Sahilan. Beliau adalah anak Raja Gamunyang.

Raja Kedua Raja Bersusuk Empat. Kemudian ketiga, Sultan Dipertuan Sakti dengan gelar Sultan Bujang Sati. Keempat, Sultan Dipertuan Muda. Kelima, Sultan Dipertuan Hitam. Keenam, Sultan Dipertuan besar. Ketujuh, Sultan Abdul Jalil yang dipertuan besar nama kecilnya Sultan Daulat.

Kedelapan Sultan Abdul Rahman, Yang Dipertuan Muda. Sembilan Sultan Abdullah Saia, nama kecilnya Tengku Sulung. Kuburannya di Sukjadi Pekanbaru, meninggal dunia 18 Maret 1951. Sepuluh Sultan Abdulah Hasan, Yang Dipertuan Sakti. Kuburannya di Lipat Kain 8 Desember 1957. Sebelas, Tengku H Gazali, gelarnya Putra Mahkota.

Tengku H Razali lahir pada 26 Juni 1930, dinobatkan jadi Raja pada 15 Juni 1941, bersempena diangkatnya pemerintahan Tengku Sulung Yang Dipertuan Sakti.

Tengku H Gazali, gelar putra mahkota belum sempat naik tahta, karena pada tahun 1945 Kerajaan Rantau Kampar Kiri ini menyatakan dukungannya kepada kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tengku H Gazali meninggal pada usia 45 tahun, pada 26 Juni 1975. Kuburannya di Pemakaman umum Jalan Rajawali sukajadi Pekanbaru.

Keterangan dari catatan sejarah adat Kerajaan Rantau Kampar Kiri ini ditulis Tengku H Ibrahim, Wazir dari Kerajaan Rantau Kampar Kiri bersama Al Ustadz H Amir Muhammad Isa Guru Tarbiyatul Islamiyah Gunung Sahilan pada 14 Juni 1939. Kemudian disesuaikan dari keterangan oleh dari keturunan yang Dipertuan Raja Minang Kabau yang beristana di Pagauyung dilengkapi dengan benda-benda bersejarah yang ada di Gunung Sahilan.

Untuk diketahui, Istana Kerajaan Rantau Kampar Kiri ini sampai saat ini masih tegak berdiri. Bangunannya terbuat dari bahan kayu. Kemudian tidak jauh dari Istana Kerajaan, terdapat sejumlah kuburan para raja yang diantara batu nisanya sudah bertulis keterangan nama, tanggal lahir serta tahun mangkatnya. Namun ada juga batu nisan polos, tetapi masih terjaga. (yai)
 

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index