BNN Minta Masyarakat Waspadai Tembakau Gorila

BNN Minta Masyarakat Waspadai Tembakau Gorila
Tembakau Gorila.

Riauaktual.com -  Badan Narkotika Nasional (BNN) meminta masyarakat mewaspadai tembakau super dengan cap gorila. BNN mengklasifikasikan tembakau Gorila yang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini sebagai new psychoactive substances atau masuk dalam narkotika golongan I.

Kali ini tembakau gorila dikaitkan dengan broadcast message yang beredar di masyarakat tentang sebuah kasus yang sedang ramai diperbincangkan. Tembakau dengan nama umum yang tampak keren gorila masuk dalam klasifikasi new psychoactive substances dengan nama AB-CHMINACA ini sebelumnya telah dirilis BNN pada pertengahan tahun lalu.

Kepala Bagian Humas BNN Slamet Pribadi dalam keterangannya menjelaskan bahwa zat AB-CHMINACA merupakan salah satu jenis synthetic cannabinoid (SC).

“Meskipun demikian hingga saat ini zat tersebut belum masuk daftar lampiran UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika dalam bentuk Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), namun sejauh ini telah masuk dalam tahap finalisasi draft di Kemkes untuk masuk dalam narkotika golongan I,” tuturnya, Rabu (3/1), seperti dikutip dari beritasatu.com.

Jika merurujuk World Drugs Report tahun 2014, UNODC mencatat bahwa peningkatan tren Synthetic Cannabinoid (SC) adalah 50% dari zat-zat baru yang terdeteksi. Dari jumlah tersebut beberapa jenis SC yang telah berhasil terdeteksi oleh BNN adalah JWH-018, XLR-11, 5-fluoro AKB 48, MAM 2201, FUB-144, AB-CHMINACA, AB-FUBINACA, dan CB-13.

Kata dia, kebanyakan dari SC yang beredar dikonsumsi dengan cara dihisap seperti rokok, kemudian SC akan diabsorbsi oleh paru-paru dan kemudian disebarkan ke organ lain terutama otak.

“Salah satu efeknya, seseorang akan terlihat setengah sadar tetapi di dalam dirinya terbayang menjadi sesuatu misal superman dan lain sebagainya. Pada intinya mengkonsumsi akan mengikuti apa yang dirasakan,” jelas Slamet.

Mengkonsumsi SC juga dapat mengalami gangguan psikiatri seperti psikosis, agitasi, agresi, cemas, ide-ide bunuh diri, gejala-gejala putus zat, bahkan sindrom ketergantungan. Di samping itu ditemukan pula beberapa kasus seperti stroke iskemik akibat SC, hipertensi, takikardi, perubahan segmen ST, nyeri dada, gagal ginjal akut bahkan infark miokardium.

Belakangan tembakau gorila menjadi populer setelah kasus kapten pilot Citilink, Tekad Purna, yang diduga dalam kondisi mabuk saat hendak menerbangkan pesawat Citilink QG800 rute penerbangan Surabaya-Jakarta, 28 Desember 2016.

Dalam sebuah rekaman suara yang beredar, sang pilot juga terdengar berbicara melantur. Sebagian netizen menduga Tekad menggunakan tembakau gorila. Meski demikian, saat dites kesehatan di Klinik Graha Angkasa Pura I, Tekad dinyatakan tidak dalam kondisi mabuk.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index