Perkuat Wawasan Nusantara Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Sinaboi, LKPRH Taja Dialog Interak

Perkuat Wawasan Nusantara Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Sinaboi, LKPRH Taja Dialog Interak
ilustrasi

BAGANSIAPIAPI (RA) - Lembaga Kajian Pembangunan Rokan Hilir (LKPRH) menaja Dialog Memperkuat Wawasan Nusantara Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Sinaboi. Hasil dialog, konflik perbatasan antara Indonesia-Malaysia dikawasan ini tidak pernah terjadi, melainkan sering terjadi konflik tapal batas antar kepenghuluan dan kabupaten (Rohil-Dumai).

Dialog dilaksanakan di Kafe Kapal Batu 6 Bagansiapiapi, peserta didatangkan dari Kecamatan Sinaboi sebanyak 100 orang, narasumber, Kabid Kerjasama Badan Pengelola Perbatasan (BPP), Tarmizi, Akademisi, Gamal Abdul Nasir dan Kabid Hubungan Antar Lembaga Kesbang Polinmas, Taryono.

Bupati Rokan Hilir diwakili Kabid Kerjasama BPP, Tarmizi dalam pengarahannya mengatakan, Kecamatan Sinaboi merupakan salah satu kecamatan yang terletak sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Negara Malaysia dan Kota Dumai. Secara t, perbatasan dengan negara Malaysia berada diperairan, sedangkan dengan Kota Dumai berada diperairan dan daratan.

Perbatasan tersebut terkadang masih kabur menurut pandangan masyarakat, sehingga kadang kala menimbulkan  konflik diantara masyarakat yang berada di dua wilayah perbatasan tanpa diketahui penyebab yang pasti.

Namun, yang mencuat penyebabnya adalah selalu disebabkan karena konflik perbatasan dimana dua kubu saling mengklaim wilayah dan saling tidak mau mengalah, padahal belum jelas koordinat perbatasannya.

Perbatasan tersebut bukan berarti harus diabaikan, namun perlu dikelola dengan baik sesuai kaidah yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta berwawasan nusantara.

Wawasan nusantara dimaksud, salah satunya adalah masyarakat mendukung program pemerintah dalam menjaga keutuhan wilayah NKRI, terutama pada kawasan perbatasan yang meliputi memerangi aksi pencurian ikan maupun menjaga kekayaan alam lainnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana, Noprio Sandi, ST mengatakan, Lembaga Kajian Pembangunan Rokan Hilir menilai, pengelolaan kawasan perbatasan perlu mendapat perhatian semua pihak. Banyak kekayaan alam yang dicaplok orang luar dikarenakan tidak adanya wawasan nusantara ditengah masyarakat. Wawasan nusantra tersebut perlu terus ditumbuhkan ditengah  masyarakat.

Maksud dialog menurutnya, memberi pemahaman tentang wawasan nusantara, mengetahui cara pengelolaan kawasan perbatasan yang benar, tujuan, timbulnya pemahaman yang sama atas wawasan nusantara dan timbul rasa nasionalisme dalam pengelolaan kawasan perbatasan, terutama menghadapi negara lain.

Dalam dialog, Marita, warga Kepenghuluan Sinaboi menyatakan, jarak antara Sinaboi dengan Malaysia sangat dekat, menggunakan pompong 16 PK ditempuh hanya 6 jam, tak pernah ada masalah antar perbatasan kedua negara.

Namun yang sering timbul masalah dengan PT Diamond Raya Timber, kawasan Mekar Sari di Kepenghuluan Darussalam, karena berada di tengah-tengah, namun diklaim sebagai wilayah Dumai.

Supriadi, warga Sungai Nyamuk merasa khawatir akan terjadi konflik dikemudian hari akibat belum jelaskan tapal batas antara Kepenghuluan Sungai Nyamuk Kecamatan Sinaboi dengan Kepenghuluan Serusa, Kecamatan Bangko.

Joni, warga Kepenghuluan Sinaboi menjelaskan, permasalahan yang ada dikepenghuluan mereka, tapal batas dengan Kepenghuluan Darussalam, padahal Kepenghuluan Darussalam dimekarkan dari Kepenghuluan Sinaboi.

Untuk dialog kedepan, peserta meminta agar melibatkan Kabag Tata Pemerintahan, Kabag Pemdes sebagai narasumber, karena masalah perbatasan antar wilayah di Rohil dan dengan kabupaten maupun provinsi tetangga masih terjadi. (Humas)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index