Narkoba Racikan Bu Guru

Narkoba Racikan Bu Guru
ilustrasi

NASIONAL (RA) - Hati kita ikut teriris ketika mendengar setiap kabar buruk jenis baru dari dunia pendidikan kita. Kali ini, ibu guru kita di sebuah SMP Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, tertangkap tangan menjual racikan sabu.

Tragedi yang terjadi Kamis (15/12) lalu ini tentu tamparan bagi pendidikan, dan kasus bu guru penjaja narkoba ini tidak bisa disamakan seperti preman kampung penjaja narkoba. Bagaimana bisa orang yang seharusnya menjadi penjaga moral dan mengajarkan hukum itu malah menjadi biang keladi kerusakan tatatan yang ingin dibangun secara apik oleh semua pihak.

Harus kita akui bahwa tidak ada lagi institusi di negeri ini yang lolos dari incaran zat haram tersebut. Bahkan, soal guru menjadi pemakai atau pengedar narkoba, hal ini bukan kabar baru. Akan tetapi, pengungkapan oleh polisi kali ini tergolong langka karena pelakunya adalah ibu guru. Sejumlah kasus sebelumnya, guru pemakai dan pengedar sabu adalah lelaki.

Guru yang memakai dan mengedarkan narkoba, misalnya, beberapa kali diungkap di pulau Madura, terutama di Pamekasan dan Bangkalan. Bahkan, masih di Madura, para kyai dan santri menggunakan narkoba dengan alasan sebagai obat supaya kuat berzikir.

Tak ayal, lemahnya pengawasan dan pendidikan berkala bagi guru adalah sebab dari kejadian memilukan ini. Guru di negara kita memang tidak dibina secara saksama. Bahkan, banyak guru sendiri tak mau dibina. Misalnya, dengan kemalasan mengikuti training atau lokakarya. Yang mereka inginkan lebih kepada status PNS atau sertifikasi.

Ini adalah bukti banyak guru mengalami disorientasi terhadap kewajibannya mendidik dan taat pada aturan, baik aturan agama, sosial maupun negara. Mencicipinya saja salah, apalagi menggunakan hingga mengedarkan. Sangat tak masuk akal orang tua menyerahkan pendidikan kepada tukang racik dan penjaja narkoba.

Banyak guru seperti tak paham bahwa mereka harus menjadi model, ketimbang melulu sebagai corong yang berteriak-teriak tentang pengetahuan dan moral.

Kasus guru pedagang sabu ini semakin membuktikan bahwa biang keladi bobroknya pendidikan kita adalah kualitas guru yang rendah. Persoalan mendasar seperti ini saja belum selesai, apalagi membicarakan hal lain yang menuntut peningkatan kemahiran dan keahlian.

Sudah saatnya seluruh dinas bekerjasama, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, BNN, Kepolisian dan pihak terkait lainnya untuk membersihkan pendidikan dari narkoba. Hal itu harus dimulai dari gurunya. Misalnya, dengan melakukan tes narkoba secara berkala, tidak cukup hanya dilakukan pada saat seseorang melamar menjadi guru.  (rimanews)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index