Menyedihkan, Warga di Provinsi Riau ini Sudah Satu Minggu Hanya Makan Buah Nipah

Menyedihkan, Warga di Provinsi Riau ini Sudah Satu Minggu Hanya Makan Buah Nipah
Joni beserta istri dan dua anaknya

RIAU (RA) - Sejak seminggu terakhir, keluarga Joni (45) harus bertahan hidup dengan mengkonsumsi biji buah nipah. Tidak ada pilihan lain selain memakan biji pohon yang dikenal dengan nama buah Tembatu ini karena bahan makanan pokok sudah tiada di gubuk mereka.

Padahal buah yang tumbuh di hutan rawa ini memiliki kulit yang sangat keras dan rasanya hambar. Tidak pula mengenyangkan. "Namun bagaimana lagi, hanya ini yang bisa kami makan," kata pria yang disapa Ijon ini kepada wartawan, Senin (24/10/2016).

Ijon adalah gambaran bagaimana sulitnya kondisi ekonomi masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir, Riau ini. Mereka hidup di dalam gubuk tua dekat hutan bekas parit pembekoan di Danau Janda Gatal di Kepenghuluan Bagan Jawa Pesisir, Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

Untuk makan sehari-hari, Joni bersama sang istri, Tina (34) harus mendapatkan buah nipah jauh dari tempat tinggal mereka. Bahkan pasangan suami istri ini harus meninggalkan dua orang anaknya yang masih sangat kecil, Centi (4) dan sang bayi bernama Agung yang baru berusia 8 bulan di dalam buaian.

Bukan tanpa resiko meninggalkan dua anak yang masih kecil seharian di wilayah sunyi itu karena bisa saja ada binatang buas yang 'bertamu'. Akan tetapi, demi perut yang harus tetap terisi Ijon dan Tina terpaksa meninggalkan dua buah hati mereka.

Ketika bertandang ke gubuk mereka, wartawan menemukan sang kakak, Centi sedang menidurkan adiknya dalam buaian. Kondisi kainnya pun sudah dalam keadaan basah dan lembab.

Tempat yang mereka tinggali ini sebenarnya tidak layak disebut rumah. Bagaimana tidak, luasnya hanya beberapa meter saja. Tidak hanya sempit tetapi juga rentan roboh. Tiang gubuk itu juga hanya terbuat dari kayu kecil dan lantai dari papan bekas sisa-sisa bangunan yang sudah tak terpakai, itupun sudah dalam kondisi lembab akibat terpaan angin kencang disertai hujan deras beberapa hari belakangan ini.

Apalagi, atap dan dinding gubuknya yang terbuat dari daun pohon nipah yang kondisinya sudah berlobang. Mirisnya, samping tempat tidur mereka, terdapat tungku kayu yang mudah terbakar.

"Jika tengah malam saat hujan lebat, terpaksa kami duduk berhimpitan di bawah atap seng yang tidak bocor. Yang saya khawatirkan hanya bayi kami karena air hujan menerpa wajahnya ketika sedang tidur dalam buaian," tutur Joni dengan logat Melayu yang kental usai pulang membawa beberapa tandan buah tembatu dari hutan.

Diceritakannya, kondisi ekonomi keluarga mereka semakin terpuruk akibat air Pasang Mati di pesisir laut Sungai Rokan. Sebagai buruh pencari kerang, mereka sangat bergantung dengan hasil penjualan kerang yang diperoleh tiap hari. Artinya, jika tidak bekerja, mereka tidak mendapat upah pada hari itu.

Kondisi itu tidak bisa dipastikan mengingat Pasang Mati bisa berlangsung selama seminggu. Pernah terpikir baginya untuk mandah ke Pulau Barkey untuk mencari kerang selama empat hari. Namun urung dilakukannya karena tidak sampai hati meninggalkan anak dan istrinya di hutan.

Hari itu, mereka hanya makan rebus sayur kangkung yang mereka petik dari pinggiran sungai pembekoan. Mereka juga mengambil daun Cekuo untuk mencegah demam. Tidur dalam gubuk di tengah hutan, hawa dingin dan gigitan nyamuk menjadi santapan mereka tiap malam. Dan kondisi itu sudah mereka alami selama 7 tahun sejak mereka menempati gubuk itu.  

"Kalau pakai obat nyamuk tak mempan lagi. Apalagi sekarang musim hujan. Jadi kami harus makan daun Cekuo agar jangan sampai demam," ujar Tina dengan mata berkaca-kaca menceritakan kondisi hidup keluarga mereka yang papa-kedana.

Pernah mereka bermimpi untuk memperoleh bantuan rumah layak huni dari pemerintah. Namun mereka mengaku sering was-was memikirkan biaya untuk mengurus Kartu Keluarga dan KTP. Akhirnya, rencana itu mereka kubur dalam-dalam. Impian mereka hanya sebatas mimpi indah yang tidak pernah terwujud hingga saat ini. (dr)
 

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index