Jokowi Ungkap Pentingnya Integritas dalam Menghadapi Persaingan Global

Jokowi Ungkap Pentingnya Integritas dalam Menghadapi Persaingan Global
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
EKONOMI (RA) - Pembangunan manusia yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam revolusi mental sejak awal pemerintahannya kini memiliki momentumnya sendiri. Manusia Indonesia tentulah diharapkan memiliki kecerdasan dalam menghadapi persaingan yang telah terjadi sekarang ini. 
 
Namun, kata Jokowi, yang tak kalah pentingnya, manusia Indonesia haruslah juga memegang teguh nilai integritas sebagaimana yang menjadi salah satu nilai strategis dalam revolusi mental.
 
Saat bersilaturahim dengan pengurus besar Al-Khairiyah di Kampus Al-Khairiyah, Cilegon, Provinsi Banten, Presiden Jokowi menekankan pentingnya karakter manusia untuk turut diperhatikan. 
 
Integritas dan kejujuran ialah salah satu dari sekian banyak nilai-nilai yang menurut Presiden perlu dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. "Banyak yang pintar-pintar, tapi senangnya mungli (melakukan pungutan liar). Ini yang menjadi penyakit bangsa kita," ujar Presiden Jokowi seperti yang disampaikan Tim Komunikasi Presiden, Jakarta, Minggu (23/10/2016). 
 
Menurut Jokowi, Urusan pungutan liar (pungli) ini memang menjadi perhatian khusus pemerintah belakangan ini. Dengan melihat kondisi perizinan di sejumlah instansi yang menjadi lebih sulit atau berbelit-belit akibat adanya pungli, Presiden merasa perlu untuk turun tangan langsung. Apalagi Indonesia kini sedang berusaha agar mampu menjadi negara yang ramah investasi. 
 
"Dari survei kemudahan berinvestasi, Indonesia ada di nomor 109. Singapura di nomor satu, Malaysia nomor 18, Thailand nomor 49. Jangan ditepukin, ada yang mau tepuk tangan. 
 
Inilah persoalan besar kita," tambahnya. Oleh karenanya, Mantan Wali Kota Solo ini mengingatkan, Indonesia tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia yang cerdas, tapi juga yang memiliki integritas dan kejujuran untuk bersama mengelola negara Indonesia ini. 
 
Dirinya pun membagi pengalaman yang pernah dihadapinya saat mengurus perizinan berpuluh tahun lampau yang mungkin masih bisa ditemui hingga kini. "Tahun 87-88, mau urus izin berbelit-belit dan diminta ini itu di setiap meja. Pasti diminta rupiah tertentu. 
 
Inilah yang harus kita selesaikan kalau kita ingin peringkat kita naik. Oleh sebab itu dibutuhkan SDM yang memiliki integritas," tandasnya. Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Banten Rano Karno dan Ketua Umum Pengurus Besar Al-Khairiyah KH Hikmatullah A Syam’un. (okezone.com)
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index