Babak Belur Perusahaan dan Miliuner Saat Harga Minyak Bertahan Murah

Babak Belur Perusahaan dan Miliuner Saat Harga Minyak Bertahan Murah
Ilustrasi Migas.
EKONOMI (RA) - Harga minyak dunia mulai bergerak turun sejak pertengahan 2014 silam. Saat itu, harga minyak sempat berada di atas USD 100 per barel, lalu perlahan turun hingga menyentuh level terendah di bawah USD 30 per barel.
 
Para analis berpendapat, turunnya harga emas hitam ini karena dunia kebanjiran pasokan. Sedangkan, permintaan akan minyak terus menurun seiring melemahnya perekonomian global.
 
Para produsen minyak telah mencoba berbagai cara untuk mendongkrak harga minyak, salah satunya dengan membatasi produksi. Rencana ini tidak berjalan mulus karena ada saja yang tidak setuju, seperti Arab saudi. Hingga kini, harga minyak masih bertahan rendah yaitu di bawah USD 50 per barel.
 
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani mengatakan, Indonesia nyaman dengan harga minyak dunia yang murah sekitar USD 50 per barel.
 
Menurutnya, Indonesia telah mengantisipasi rendahnya harga minyak dengan asumsi makro dalam APBN sebesar USD 40 hingga USD 45 per barel. "Kami sedang melihat semua situasi dan sisi pasokan migas, termasuk permintaan dan saya nyaman dengan tingkat itu."
 
Meski harga minyak dunia rendah dan memukul ekonomi negara OPEC, Indonesia yang merupakan bagian Negara G20 sedang berupaya memperbaiki peringkat investasi. Indonesia saat ini telah menyandang status investment grade (layak investasi) dari Moody's, namun belum dari Standard & Poors.
 
Dilansir dari CNBC, Sri Mulyani berharap rating atau peringkat investasi Indonesia bisa naik tahun ini. Pemerintah telah meningkatkan belanja infrastruktur, membuka sektor swasta dan reformasi perpajakan. "Kami sangat percaya diri, kami fokus pada reformasi fiskal dan kami lebih kredibel dalam kebijakan," ucap Sri Mulyani seperti ditulis CNBC, Senin (5/9).
 
Meski demikian, tak semua pihak nyaman dengan harga minyak dunia yang murah. Mulai dari perusahaan hingga orang super kaya dunia babak belur dibuatnya. Berikut ulasannya seperti dirangkum merdeka.com:
 
1.Laba Exxon anjlok 60 persen
 
Perusahaan minyak terbesar AS, Exxon Mobil Corp, mencatatkan penurunan keuntungan hampir 60 persen pada kuartal kedua tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
 
Exxon Mobil yang berbasis di Texas menyalahkan penurunan tajam harga minyak dan margin penyulingan yang lemah untuk penurunan keuntungan di kuartal kedua.
 
Keuntungan perusahaan pada kuartal kedua tahun ini turun menjadi USD 1,7 miliar dan pendapatannya berkurang lebih dari 20 persen, menjadi USD 57,7 miliar dari USD 74,1 miliar di periode yang sama tahun lalu.
 
Dalam pernyataan Exxon, pada semester pertama tahun ini, keuntungan perusahaan turun lebih dari 60 persen menjadi USD 3,5 miliar dari USD 9,1 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan dalam enam bulan pertama tahun ini merosot 25 persen menjadi USD 106,4 miliar dari USD 141,7 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
 
Exxon Mobil mengurangi modal dan belanja eksplorasi sebesar hampir 40 persen, menjadi USD 5,2 miliar dari USD 8,3 miliar pada tahun lalu.
 
2.Industri minyak AS pecat 195.000 pekerja
 
Rendahnya harga minyak dunia telah membuat 195.000 orang kehilangan pekerjaan di Amerika Serikat (AS). Hal ini terungkap dalam laporan yang diterbitkan oleh perusahaan Challenger, Gray & Chrismast baru baru ini.
 
Harga minyak dunia anjlok sejak pertengahan 2014 silam dari sebelumnya mencapai USD 120 per barel hingga di bawah USD 50 per barel saat ini. Selain itu, gaji pekerja minyak dan gas (migas) di Amerika Serikat 84 persen lebih tinggi dari rata-rata nasional, berdasarkan data Goldman Sachs.
 
Dilansir CNN, sekitar 95.000 orang di PHK dari perusahaan minyak di 2016 saja. Kebanyakan pemecatan dilakukan awal tahun ini karena harga minyak jatuh ke level terendah dalam 13 tahun terakhir yaitu USD 26 per barel.
 
Banyak perusahaan migas harus melakukan pemecatan untuk tetap bisa bertahan. Misalnya Chevron, perusahaan jasa minyak Schlumberger dan Baker Hughes yang telah mengumumkan PHK massal. Selain itu, Halliburton telah memangkas 30.000 pekerja, termasuk 5.000 pada kuartal kedua tahun ni.
 
"Industri migas telah terpukul sangat dalam setelah 15 tahun kami berkecimpung dalam bisnis ini," ucap Presiden CSI Recruiting, Jeff Bush.
 
3.Petronas pecat ratusan karyawan
 
Tahun ini nampaknya bukan menjadi tahun yang baik bagi Petroliam Nasional Bhd (Petronas). Sebab, perusahaan minyak dan gas (migas) asal Malaysia tersebut harus memangkas lagi ratusan karyawannya.
 
Pengurangan karyawan dilakukan karena harga minyak dunia yang terus melemah, seperti diberitakan Wall Street Journal (WSJ) dikutip dari Business Insider, Senin (26/9).
 
Perusahaan yang memberi kontribusi keuntungan paling banyak dari minyak dan gas bagi pemerintah Malaysia itu mengatakan, pada bulan Maret lalu telah memecat 1.000 karyawannya.
 
Laba Petronas tercatat anjlok sebesar 96 persen pada Maret sampai Juni lalu. Laba bersih tersebut turun menjadi hanya RM 348 juta dibanding periode yang sama tahun lalu mencapai RM 9,1 miliar.
 
Pemangkasan karyawan dilakukan setelah Petronas mengatakan akan melakukan penghematan sebesar USD 11,4 miliar dalam 4 tahun ke depan. Tercatat, sebelum pemangkasan karyawan dilakukan, jumlah pekerja di Petronas mencapai 53.000 karyawan pada akhir 2015.
 
Mengutip pernyataan dari Petronas, pemangkasan karyawan dilakukan sebagai strategi bisnis dalam menyesuaikan dengan perubahan permintaan pasar.
 
"Transformasi ini dilakukan di seluruh lini usaha Petronas, termasuk anak usaha Petronas," kata perusahaan dalam pernyataannya.
 
4.Laba bersih Petronas anjlok
 
Laba bersih Petronas pada semester I-2016 mencapai Rp 32 triliun. Angka tersebut anjlok 68 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 101,1 triliun.
 
Kendati demikian, Petronas akan tetap membayar dividen ke pemerintah sebesar Rp 52,5 triliun. Penurunan drastis laba Petronas tersebut sebagai akibat dari anjloknya harga minyak dunia.
 
"Pembayaran dividen bukanlah sasaran bagi perusahaan, tapi sebaliknya merupakan komitmen kami kepada kerajaan," ujar Presiden dan CEO Petronas Wan Zulkiflee Wan Ariffin Seperti dikutip Antara, Selasa (23/8).
 
Dia menegaskan, BUMN migas asal Malaysia ini telah membayar Rp 19,6 triliun pada Juni 2016. Sisa dividennya akan dibayarkan pada November mendatang.
 
Pembayaran dividen ini lebih rendah ketimbang dividen tahun lalu yang mencapai Rp 86,3 triliun. Sementara itu, hingga akhir tahun, harga minyak dunia tetap akan berada di kisaran USD 40-50 per barel.
 
Dosen Fakultas Keusahawanan dan Perniagaan Universiti Malaysia Kelantan, Abu Sofian Yaacob mengatakan, harga minyak dunia diramalkan terus diperdagangkan secara mendatar di kisaran USD 40 hingga USD 50 per barel. "Situasi ini menjadi tantangan pihak Petronas dalam merancang strategi baru tanpa perlu terus bergantung pada aspek pengeluaran minyak mentah," ujar Sofian.
 
Menurutnya, Petronas seharusnya fokus kepada bidang hulu seperti industri gas, perkilangan dan petrokimia serta di bidang hilir yang melibatkan perdagangan internasional. "Petronas harus memperoleh keuntungan dari sektor hulu dan hilir dengan membangun kerja sama dengan negara yang sedang membangun dan Afrika," pungkasnya.
 
5.Jumlah orang super kaya dunia berkurang
 
Jumlah orang super kaya dunia naik 0,6 persen pada 2015 lalu. Total kekayaan mereka meningkat 0,8 persen menjadi USD 30 triliun, merupakan rekor tertinggi. Demikian mengutip data dari lembaga riset, Wealth-X.
 
Jumlah orang super kaya dunia hanya 0,004 persen populasi orang dewasa dunia. Namun, kekayaan mereka mengontrol 12 persen dari total kekayaan bumi. Wealth-X menyebut, kekayaan bersih mereka masing-masing mencapai USD 30 juta.
 
Meski total kekayaan meningkat tahun lalu, beberapa orang kaya tersebut mulai bangkrut dan hidup sedikit sulit. Terlebih bagi mereka yang hidup atau berusaha di negara yang mengandalkan sektor energi.
 
Rusia, Norwegia dan Australia adalah beberapa negara yang mengalami penurunan orang super kaya. Rendahnya harga minyak dunia mencapai di bawah USD 50 per barel 'mencekik leher' para miliuner tersebut.
 
Dalam data Wealth-X yang ditulis CNN, Australia mengalami penurunan terbesar dalam populasi orang super kaya. Negara ini merupakan eksportir terbesar gas alam, batu bara dan bijih besi. Jika satu mitra dagangnya, China mengalami perlambatan ekonomi maka akan menjadi berita buruk bagi Australia. Sebab, sepertiga ekspor mereka menuju Negara Tirai Bambu tersebut.
 
Jumlah orang super kaya Australia turun 31 persen menjadi hanya 2.475 dengan total kekayaan USD 295 miliar. Angka kekayaan mereka juga turun 33 persen.
 
Rusia juga mengalami penurunan jumlah orang super kaya sebesar 13 persen menjadi hanya 1.075. Kekayaan rata-rata miliuner Rusia USD 30 juta dan angka ini sekarang menurun 30 persen.
 
"Jika harga minyak tetap rendah untuk jangka panjang, maka ada konsekuensi lebih besar. Beberapa orang terkena dampak sehingga harus membuat perubahan jangka panjang," kata analis Wealth-X, Benjamin Kinnard seperti dilansir dari CNN, Selasa (27/9).
 
Orang super kaya Norwegia juga terpukul dengan rendahnya harga minyak dan komoditas dunia. Negara ini merupakan eksportir minyak, sama seperti Skandinavia. Jumlah orang super kaya negara ini turun 54 persen dan kekayaan mereka anjlok 51 persen sejak 2014 lalu.
 
Tak hanya itu, Amerika Serikat yang banyak menyimpan orang super kaya juga mengalami hal sama. Total kekayaan miliuner di AS terhadap ekonomi negaranya turun dari sebelumnya 14 persen menjadi hanya 11 persen. (merdeka.com)
 
 
 
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index