Landasan Pacu Bandara Pekanbaru Hanya Bisa Dipergunakan Pesawat Airbus A320

Landasan Pacu Bandara Pekanbaru Hanya Bisa Dipergunakan Pesawat Airbus A320
Bandara SSK II Pekanbaru

RIAU (RA) -  Bandara Intenasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru memiliki panjang landasan 2.600 meter dengan lebar 45 meter hanya bisa didarati pesawat jenis Boeing 737 atau Airbus A320.

"Sementara ini di bandara Pekanbaru  belum bisa masuk lebih dari Airbus A320, karena landasan pacu kita masih terbatas," ucap Ketua Komite Operator Penerbangan (AOC) Pekanbaru, Wahyu Wijanarko di Pekanbaru, Selasa (30/08, seperti dikutip AntaraRiau.

Dia mengatakan, pesawat jenis Boeing 737 merupakan pesaing utama dari pesawat berbadan sempit dan berlorong tunggal dengan mesin jet ganda keluaran Airbus yakni Airbus A320.

Saat ini Bandara Intenasional Sultan Syarif Kasim II masih mengoperasikan landasan pacu sepanjang 2.240 meter dengan lebar 45 meter dengan memiliki jumlah frekuensi sekitar 84 kali penerbangan dilayani oleh 12 maskapai baik rute domestik maupun internasional.

"Kalau sekarang selain jenis Airbus A320 dan Boeing 737 seri, di bandara Pekanbaru juga terdapat pesawat kecil untuk komersil seperti jenis Twin Otter, lalu Dornier 328 dan ATR 72 seri," katanya.

Wahyu berujar, meski di tahun 2015 landasan pacu bandara setempat telah ditambah sepanjang 360 meter atau dari sebelumnya 2.240 meter menjadi 2.600 meter, tetapi belum bisa difungsikan hingga kini karena bermasalah sistem navigasi.

Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau Airnav Indonesia tahun ini, telah dana sebesar Rp169 miliar untuk perbaikan instrumen sistem pendaratan ILS pada 16 bandara dan pemasangan ILS di 13 bandara termasuk bandara Pekanbaru.

"Yang 2.600 meter belum bisa dipakai, masih 2.240 meter saja. Kalau yang mendesak pihak pengelola bandara, sudah banyak sekali. Kita sendiri sudah bicarakan ke pihak otorita, agar perpanjangan landasan pacu segera difungsikan," katanya.

General Manager Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Jaya Tahoma Sirait sebelumnya mengaku, pihaknya mengalamu kendala dengan pembebasan lahan milik warga setempat, sehingga perpanjangan infrastruktur runway 2.600 meter belum bisa berfungsi.

"Untuk pemindahan instrumen sistem pendaratan, sedang kita proses. ILS harus kita geser sekitar 360 meter dari tempat semula atau sesuai dengan panjangnya runway," paparnya.

Kepala Wilayah Airnav Indonesia Cabang Pekanbaru Taslim awal tahun ini menyebut, fasilitas navigasi penerbangan landasan pacu 2.600 meter di bandara setempat, baru bisa digunakan dalam enam bulan ke depan atau pertengahan tahun 2016.

"Kalau perkiraan saya, peningkatan fasilitas navigasi landasan pacu 2.600 meter paling cepat pertengahan tahun ini baru bisa dipakai," ucap dia.

Dia melanjutkan, dalam istilah navigasi dikenal instrumen sistem pendaratan terbagi dalam tiga bagian penting ketika suatu pesawat udara hendak melakukan pendaratan pada suatu landasan pacu bandara.

Ketiga bagian itu yakni localizer atau alat yang berfungsi membantu pesawat, agar bisa melakukan pendaratan di posisi centerline atau pusat landasan.

Lalu glide path atau alat yang berfungsi memberikan sinyal pemandu sudut luncur pendaratan di area sentuhan pertama. Terakhir middle marker atau alat yang berfungsi membantu pilot untuk mengetahui sisi jarak, terhadap titik pendaratan.

"Terkait perpanjangan landasan, kita perlu pindahkan glide path berada di posisi 2.240 meter di pinggir landasan pacu atau Selatan. Jika pesawat mendarat dari arah Universitas Islam Riau, Marpoyan," jelasnya.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index