Tsunami Pernah Melanda Aceh 7400 Tahun Lalu, Ini Buktinya

Senin, 28 Mei 2018

Peneliti Tsunami Aceh memaparkan hasil penemuannya tentang gua tsunami purba, dan berharap gua berusia 7400 tahun ini bisa dijadikan pusat belajar ke

Riauaktual.com - Selain bencana tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 lalu, ternyata Aceh juga pernah mengalami bencana serupa sekitar 7400 tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah gua yang meninggalkan jejak tsunami purba di Kabupaten Aceh Besar.

Gua ini oleh warga setempat diberi nama Ek Lentie yang artinya Kotoran kelelawar, yang berlokasi di Desa Meunasah Lhok, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar.

Pembuktian ini dipaparkan Nazli Ismail, peneliti dari lembaga Tsunami & Disarter Mitigation Research Centre (TDMRC). Disebutkan Nazli, pihaknya telah melalukan penggalian untuk melihat sejarah tsunami mulai dari 7400 tahun lalu, hingga kejadian tahun 2004.

“Di gua tersebut ditemukan endapan - endapan tanah yang berasal dari gelombang tsunami dan kotoran kelelawar yang hidup di gua, karena ada kotoran kelelawar ini, makanya gua ini dinamakan Ek Lantie alias kotoran kelelawar,” jelas Nazli saat memaparkan hasil penemuan tersebut di Aula Kantor Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA0, Senin (28/5/2018).

Kepala Pelaksana BPBA Teuku Ahmad Dadek mengatakan, penemuan gua endapan tsunami di Meunasah Lhok, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar ini merupakan suatu penemuan penting untuk memperkaya kajian tsunami di Aceh.

Menurutnya, Aceh menjadi tempat paling bagus untuk pembelajaran tsunami, dan menjadi laboratorium untuk memperkuat pencegahan dan kesiapsiagaan bencana di masyarakat, sehingga penemuan ini perlu didorong dalam pelestariannya.

BPBA juga telah menginisiasi agar gua purba tsunami ini bisa menjadi situs sejarah tsunami.

Ahmad Dadek juga berharap agar nantinya gua tsunami purba selain ini bisa dijadikan tempat pendidikan juga menjadi lokasi kunjungan wisata tsunami

“Kita juga akan menjadikan lokasi ini sebagai Geopark untuk pelestarian gua ini, selain itu ini juga menjadi landasan bagi warga untuk terus meningkatkan pemahaman kesiap siagaan terhadap bencana,” kata Dadek.

Untuk itu, Ahmad Dadek berpesan kepada Camat dan Geuchik (Kepala Desa) setempat agar gua tersebut dijaga dan diberikan papan nama segera dengan tulisan bahwa itu situs tsunami.  (Wan)

 

Sumber: Kompas.com