Terungkap! Ini yang Terjadi pada Bumi saat Fenomena Gerhana Matahari

Ahad, 13 Agustus 2017

(Foto: Reuters)

Riauaktual.com - Gerhana Matahari total bersejarah yang terjadi pada 21 Agustus akan membuat siang menjadi gelap dan menjadi terang kembali setelah beberapa saat. Menurut NASA (The National Aeronautics and Space Administration), fenomena alam yang dahsyat tersebut akan menghentikan sumber radiasi berenergi tinggi di ionosfer yang membentang sekira 50 sampai 400 mil di atas permukaan Bumi.

Ionosfer adalah lapisan atmosfer Bumi yang dialiri listrik, ionosfer akan terus berubah ketika menanggapi aktivitas Matahari dan gerhana yang akan datang. "Gerhana Matahari yang akan datang akan mematikan sumber radiasi energi tinggi ionosfer, tanpa radiasi pengion, ionosfer akan rileks, dan mulai dari kondisi siang hari sampai kondisi malam hari dan kemudian akan kembali seperti semula setelah gerhana selesai," ungkap Bob Marshall, seorang ilmuwan antariksa di University of Colorado Boulder dan peneliti utama.

Dilansir dari Dailymail.co.uk, Ahad (13/8/2017), para peneliti yang didanai oleh NASA akan dapat menentukan seberapa banyak radiasi yang telah diblokir dan seberapa lama pemblokiran tersebut akan terjadi. Tim peneliti akan menggunakan komunikasi otomatis atau sinyal navigasi untuk melacak perilaku ionosfer.

"Output ultraviolet ekstrem Matahari sangat bervariasi, hal tersebut menciptakan variabilitas dalam cuaca ionosfer. Karena planet kita memiliki medan magnet yang kuat, partikel bermuatan juga terpengaruh sepanjang medan magnet di seluruh Bumi," ungkap Phil Erickson, seorang peneliti utama dan ilmuwan di Observatorium Haystack Massachusetts Institute of Technology.

Selama gerhana terjadi, para ahli mengharapkan sinyal akan menjadi lebih kuat, karena atmosfer dan ionosfer akan menyerap lebih sedikit energi yang ditransmisikan.

Para peneliti akan mengirimkan sinyal elektromagnetik bolak-balik sepanjang jalan totalitas gerhana yang membentang dari pantai Oregon ke pantai South Carolina. Dengan melakukan hal ini, peneliti bisa mengumpulkan data sebelum dan sesudah gerhana untuk membandingkan respon gerhana dengan baseline.

Menurut NASA, ionosfer terbagi menjadi 3 wilayah berbeda berdasarkan panjang gelombang radiasi Matahari yang diserap. Dalam penelitian ini, banyak tim yang akan ikut dan ditempatkan di berbagai tempat sepanjang jalur gerhana terjadi.

Para peneliti akan mengukur tinggi dan kerapatan ionosfer menggunakan instrumen yang disebut ionosonde. Mereka juga akan menggabungkan pengukuran mereka dengan data dari jaringan GPS nasional, serta sinyal radio Reverse Beacon Network.