Warga Berharap, Pemda Turun Tangan Kontrol Harga Karet

Senin, 02 Januari 2017

ilustrasi

TELUK KUANTAN (RA) - Masyarakat Kuansing khususnya petani karet mulai bangkit selama kurun waktu beberapa bulan terakhir. Hal ini dikarenakan harga karet secara berangsur-angsur terus naik kendati tak terlalu signifikan.

Saat sudah mencapai harga Rp 10.500 hingga 11.000 per kilogram, ternyata selama kurun waktu dua hingga tiga hari belakangan ini, harga karet kembali melemah menjadi Rp 5000 per kilogram. "Kita tidak tau kenapa harga karet tersebut kembali turun," ujarnya.

Berkaitan dengan itu, atas nama warga petani karet, dirinya meminta kepada pemerintah khususnya dinas terkait untuk mengawasi jalannya perdagangan karet yang berada di bawah.

"Jangan-jangan ada permainan tengkulak yang hendak mencari keuntungan besar, karena kelihatannya para pedagang di bawah, yang langsung membeli ke petani sudah kompak menetapkan harga," katanya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kuansing  Tarmis SPd MSi saat dihubungi melalui selulernya, oleh Riauaktual.com menjelaskan, bahwa Pemerintah Daerah tidak bisa mengontrol perputaran harga karet, karena itu berkaitan dengan harga karet dunia. "Itu tergantung karena sekmen pasar global," jelasnya.

Namun demikian ujar Tarmis, dirinya tidak akan diam, segala upaya tetap dilakukan yakni dengan memberikan penyuluhan kepada petani agar petani tidak hanya berserah diri terhadap para tengkulak yang nakal.

Selain itu lanjut Tarmis, dirinya selalu berkordinasi dengan dinas perkebunan dan para pemilik pabrik yang ada di Kuansing.

Sementara untuk menghadapi para tengkulak yang membeli kepada para petani, Tarmis menganjurkan agar setiap desa dibentuk kelompok tani karet, sehingga karet yang dihasilkan tersebut dijual kepada kelompok dan kelompok yang menjual kepada pabrik.

"Dulu sudah banyak berdiri kelompok tani, namun karena harga karet anajlok, banyak kelompok atau koperasi yang mati," ujarnya.

Dijelaskannya, ada beberapa keuntungan yang didapat dengan adanya kelompok tani tersebut. Diantaranya, harga karet bisa dikontrol dan diawasi oleh petani, karena kelompok bisa berkomunikasi dengan pabrik, sehingga pedagang tidak bisa semena-mena menurunkan harga.

Sementara itu, para petani yang belum tergabung dengan kelompok juga dapat menikmati harga yang sudah terkontrol oleh kelompok tersebut. (am)