Bisnis ikan Nila? Datang dan belajar saja ke PBIAT Janti

Jumat, 30 Desember 2016

Koordinator Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti Klaten Toni Kuswoyo.. ©2016 Merdeka.com

EKONOMI (RA) - Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (Satker PBIAT) Janti yang terletak di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Klaten terus menggenjot kuantitas budidaya benih ikan nila merah hibrid Janti alias Larasati.

Pasalnya, Satker yang berdiri sejak 1979 dibawah naungan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah ini setiap bulannya menghasilkan 400 ribu - 500 ribu benih dari produksi larva 600 ribu- 800 ribu ekor.

Koordinator Satker PBIAT Janti Toni Kuswoyo menuturkan, Klaten yang terletak di lereng dan kaki Gunung Merapi, menyimpan kekayaan sumber daya air yang melimpah berupa umbul atau mata air. Peminat benih Larasati tidak hanya datang dari Klaten maupun Solo raya, namun juga berasal dari Pati, Demak, Kendal, Semarang, Purwodadi, Wonosobo, hingga Pacitan.

"Kalau dulu pembelinya itu dari delapan desa di Kalungharjo (Kecamatan Karanganom, Tulung, Polanharjo) yang menjadi pengembangan Minapolitan, sekarang sudah merambah hingga di luar eks Karisidenan Surakarta. Mungkin jumlah produksi di balai benih setempat kurang, sehingga larinya ke sini. Nah, 2017 nanti akan kita laksanakan pipanisasi sepanjang 2 kilometer dari Umbul Nilo. Dari sana diameternya 6 inchi, sampai sini 4 inchi," tuturnya seperti dikutip dari merdeka.com hari ini.

Meski belum kewalahan, pihaknya menerapkan jadwal bergiliran bagi pembeli benih Larasati maupun induk ikan nila jantan (Pandu) dan nila betina (Kunti).

"Khusus pembeli dibawah 10 ribu ekor, kita layani Rabu dan Sabtu. Sedangkan pembeli diatas 10 ribu ekor bisa Selasa atau Jumat. Karena kalau dilakukan secara bersamaan, justru kami yang pusing. Dan yang pasti harus datang sejak pukul 08.00 pagi. Jika ada yang datang diluar jam itu, biasanya pembeli baru," ujar Toni.

Mengenai harga, dijelaskan Sarjana Perikanan UGM ini, per ekor Larasati berukuran 3-5 centimeter (cm) dipatok Rp 55, ukuran 5-8 cm sebesar Rp 80, dan Rp 43 untuk ukuran 1-3 cm. Sedangkan induk nila jantan dan betina dengan berat berkisar 200 gram per ekor dijual paketan. Hanya merogoh kocek Rp 3,3 juta, pembeli bisa membawa pulang 100 ekor Pandu dan 300 Kunti.

"Perikanan ini pekerjaan dengan barang hidup. Beda dengan membuat bangunan, dimana jika hujan dan panas masih bisa dikerjakan. Kalau ikan ya mati. Jadi harus memperhitungkan waktu, disetting selesai sebelum panas atau maksimal pukul 10.30 wib. Diluar itu ya mengecek saluran, memberi makan, dan kebersihan kolam. Saling mengisi, tim satu membuat larva, tim lainnya pendederan sampai penjualan. Setiap hari begitu," pungkas Toni.