Gubernur Babel Lebih Bangga dengan Yusril Ketimbang DN Aidit

Gubernur Babel Lebih Bangga dengan Yusril Ketimbang DN Aidit
DN Aidit saat memberikan sambutan pada ulang tahun ke-5 Partai Persatuan Sosialis Jerman (Sozialistische Einheitspartei Deutschlands) di Berlin (1958)

Riauaktual.com - Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan mengaku tidak bangga dengan sosok Dipa Nusantara Aidit atau yang lebih dikenal dengan DN Aidit meski diketahui putra asli daerah Belitung. Sepak terjang Aidit sebagai pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) dan telah membuat catatan kelam dalam sejarah bangsa Indonesia itu menjadi alasan Erzaldi tidak bangga dengan Aidit.

Aidit diketahui lahir di Pangkal Lalang, Kecamatan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, 30 Juli 1923 silam. Terlahir dengan nama Ahmad Aidit, dia sering dipanggil dengan nama Amat oleh teman sebaya dan penduduk kampungnya. Saat masih bersekolah, Aidit dan keluarga tinggal di Desa Buding Kecamatan Kelapa Kampit Kabupaten Belitung Timur.

"Secara pribadi, saya menilai sosok Aidit bukan menjadi suatu kebanggaan saya dan tidak juga untuk menjadi kebanggaan masyarakat Bangka Belitung. Beda dengan Yusril, Andrea Hirata, Hanandjoeddin, Depati Amir dan tokoh lainnya. Mereka putra daerah yang membanggakan kita," ujar Erzaldi sebagaimana dikutip dari Tempo, Kamis, 21 September 2017.

Menurut Erzaldi, generasi muda saat ini perlu paham sejarah dan apa yang dilakukan PKI. Atas itulah dia sangat mendukung langkah Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk memutar kembali film G 30 S PKI. Meski menuai kontroversi, dia meyakini film tersebut bisa memberikan pemahaman sejarah bagi generasi muda.

"Saya sangat setuju jika film itu diputar kembali agar anak-anak perlu tahu jalannya sejarah bangsa Indonesia. Dengan mengetahui sejarah bangsa akan membentuk karakter anak sehingga mereka kedepan bisa membawa dan menerima tonggak estafet kepimpinan bangsa," ujar dia.

Erzaldi menuturkan film G 30 S PKI karya sutradara Arifin C. Noor tersebut adalah film dokumenter yang dapat memberikan penjelasan tentang sejarah. Sehingga baik buruk fakta sejarah yang terjadi harus dapat disikapi dengan baik.

"Baik atau buruk sejarah bangsa tetap harus diketahui publik dan generasi muda saat ini. Dengan begitu mereka paham bagaimana bersikap ke depannya," ujar dia.

Erzaldi menambahkan masyarakat di Bangka Belitung diharapkan tidak terlibat dengan ideologi komunis dan ideologi radikal lainnya yang bisa mengancam keutuhan bangsa. Peran pembangunan fisik dan manusia harus beridelogi pancasila dan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Lebih baik kita fokus membangun bangsa ini. Tidak perlu berbuat hal-hal yang bisa memecah belah bangsa. Sejarah tidak boleh dilupakan. Sejarah harus jadi patokan kita bagaimana bersikap baik dan benar kedepannya," ujar dia.

 

Sumber : tempo.co

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

index